Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Tuesday, May 19, 2015

Dariku yang Penuh Doa



Kali ini lupakan dulu menyoal rima, diksi, atau segala pelengkap sastra. Aku ingin bicara tanpa kalimat-kalimat mutiara. Biarkan aku menjabar kita layaknya puzzle yang sudah tergenapkan oleh keping terakhirnya.

source: www.fasihrdn.tumblr.com or tweet me @fasihdn

Boleh kumulai dari bagaimana aku rela menjatuhkan diri untuk bangkit bersamamu?

Kita berangkat dari dua sudut yang berlawanan, anggaplah kau dari sisi minus dan aku berjalan dari arah kanan: plus. Bukan tanpa sebab, aku meletakkanmu di sisi negatif karena kita bersua selepas kau goyah dan jelas saja akulah si positif, sebab aku tahu betul keahlianku mengendalikan diri. Kalau kubentangkan coretan panjang lalu kuberi angka nol tepat di tengahnya. Di situlah kita bertemu. Dalam himpunan titik yang membentuk sebuah garis. Ada benang merah yang tak akan bisa ditilik mata telanjang. Maka bisa dipastikan kau berjalan maju, sedang aku terseret mundur teratur. Masihkah mengenali bagian yang itu?

Kugambari kembali kalau begitu:

Tepat saat purnama selesai merayap di ujung gagang langit, kau masih sembilu sebab meski banyak hawa mencintaimu, kau tak bisa menunjuk salah satu. Di situ matamu beradu dengan sorot tegas milikku. Gamblang angin mencecarmu dengan luka yang sarat menyimpan harap sekaligus kekecewaan pada satu utas tali yang kau pikir hubungan sejati. Afiliasi abadi yang ternyata kerjasamanya tak cukup koheren. Bersamaan dengan itu, cahaya bulan yang jatuh tepat di retinaku angkuh menggeleng, mengasihanimu diam-diam. Wanita yang sedang ajek pada pendiriannya itu tak mungkin tertarik pada pria di hadapannya. Konsisten dengan hidup yang alirnya tak beriak. Senyumnya jelangak menertawai dalam hati, "hari begini, masih juga patah hati."

Boleh kulanjutkan ke mana perginya kita setelah petak itu?

Kuakui dayamu begitu kuat, pembawaanmu begitu tenang. Barangkali, hanya aku yang mampu mengupas kulitmu sampai ke bagian terdalam. Ada kesedihan apa membekap tulangmu, lalu kau memaksanya untuk tetap bisa terayun dengan gagah perkasa. Bukankah begitu, Tuan?


Biar kutuliskan lagi dengan lebih teliti:

Muatan negatifmu menemukan energi baru, aku tak bisa mencegah eksitasinya memenuhi ruang tubuhku. Mendesak ingin bervalensi. Kalau elektron-elektronmu bertransisi untuk menyetimbangkan yang kurang. Bukankah semestinya milikku yang alih tempat? Bukankah kamu yang kekurangan? Ah, bagaimana bisa teorema beralih jadi aksioma ketika sudah ditawar-tawar oleh cinta. Kuperingatkan, bagiku tak ada pembenaran tanpa pembuktian.

Kalau sempat terbesit dalam benakku, kau adalah lelaki yang tak lebih tangguh dari paganku. Semestinya kuingati lekat-lekat bahwa aku tak lebih teliti darimu yang seorang adam. Partner is partner. Tak berlaku kasta di antara kau dan aku. Sudah lebur jadi kita. Tak lagi menyoal siapa wanita dan pria. Seperti tubuh yang kehilangan rusuknya. Kau sadarkan diri menemui belahan yang lainnya. Aku, katamu seperti berkaca di air sebening sungai nil. Persamaan-persamaan yang tak habis dibagi dua. Dan perbedaan-perbedaan yang dengan cepat saling jadi pelengkap.

Boleh kuberhentikan sekarang juga?

Lauh mahfuzh tak pernah ingkar janji. Kitab yang di dalamnya memangku rahasia bumi dan langit. Bagaimana mungkin ia yang disebut sebanyak 13 kali dalam kitab pedoman manusia bisa salah mencatat skenario?

Kuharap kembali dengan doa tengadah bertubi-tubi:

Apakah intuisiku hanyalah rekaan jin semata? Menggodaku agar bermain-main dengan suratan. Bagaimana mungkin aku justru menggagas hal yang bukan berfokus pada derma kalau memang demi wewangian seistimewa firdaus? Atau ini hanya serupa mata manusia yang melihat bintang jatuh lalu menyembah-nyembah agar makbul doanya. Padahal cahaya itu hanyalah semburan api terang yang dilempar penjaga lauh mahfuzh sebab kerahasiaan kodrat nyaris dicuri untuk digadai dengan perketuan setan.

Sayangnya, sudah kita lemparkan dadu bebarengan. Selesaikan sampai akhir perjalanan. Dengan bantuan pemilik takdir, kau dan aku pastilah selamat sampai tujuan. Kalau memang ia adalah singgasana sekekal surga.


Bukan lagi (hanya) Jogja, kita merebas dunia-baka.
19 Mei 2015.



Salam,
Dariku yang penuh doa.

3 komentar:

MAKANAN UNTUK PENDERITA KOLESTEROL said...

Terimakasih atas informasinya :) semoga sukses slalu .. Ditunggu informasi menarik selanjutnya :) senang berkunjung ke website anda, terimakasih. sekali lagi thanks.

CARA MENGOBATI NYERI SENDI PADA LUTUT said...

Terimakasih atas semua artikel bermanfaat yang sudah anda publikasikan melalui blog yang menarik ini, saya tunggu postingan selanjutnya, have a nice day, kawan :)

HARGA ORIS BREAST CREAM said...

website ini selalu mnenghangatkan saya dalam membuat artikel, terimakasih atas wawasan yang anda berikan cukup mudah di pahami. Terimakasih banyak,..

Post a Comment