Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Wednesday, December 11, 2013

Kau; Jadilah Teman Hidupku


Apa berlebihan bila aku merindumu setiap waktu?


Baru sehari aku tanpamu, sudah merasa jadi orang yang paling awam soalmu. Jujur saja, aku justru takut jadi pecandumu. Aku begitu takut tak bersinggungan dengan pelukmu. Aku tahu, Aku betul-betu tahu sedalam apa aku jatuh di sudut hatimu. Di sana, aku tak bisa bertahan sendirian. Aku yang tiba-tiba jadi begitu lemah tanpa genggammu, aku yang jadi lelah bila melangkah tak di jejakmu.


Ternyata ada rindu yang datangnya setiap hari; ingin denganmu setiap waktu. Lalu dengan cara apa lagi melunasinya, sebab pun kuhabiskan seharian bersamamu tak juga membuat rindunya luruh dalam ruang yang sama. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa berjarak, sedang renjana mengutuk purnama bila tak terang di rengkuhku. Ah, lalu bagaimana caranya aku mengisi sepi saat diam-diam kau menggeser langkahmu menjauhiku. Untuk alasan apapun, Sayang ... jangan menoleh ke arah manapun kecuali kembali menatapku.

www.fasihrr.tumblr.com



Pernahkah sejenak saja kau renungkan betapa aku gelisah menunggumu menjadi yang sah untuk kucintai sejak pagi sampai dini hari? Katamu dalam lirik lagu, kan kaujelang bahagia bersamaku. Tapi bisakah barang sebentar, kau coba yakinkan aku ketika ragu tiba-tiba mengganggu? Maukah memaklumiku yang sewaktu-waktu mengais-ngais masa lalumu, sebab terkadang ada luka menyayat-nyayat dadaku mengingat-ingat dirimu yang dulu.

Tak perlu berjanji untuk menetap di sisi. Aku sadar betul kau tetap manusia biasa. Kita hanya bisa berencana, selebihnya kuasa Tuhan yang berbicara. Aku sadar betul, berkali-kali kuingatkan pada hatiku untuk tidak terlalu bergantung di jarimu. Hanya saja ternyata sulit bagiku tak berada di dekatmu. Pun semisal jarak dibentang, lalu kita bersebrangan, jangan pernah jauhkan juga hatimu. Jadi, jangan pernah hentikan hal-hal kecil yang kau lakukan denganku. Sebab yang sederhana itu … awal mula dari “kita”.


111213 : 03.33 ~Aku masih mengingatnya; katamu, jangan pernah tinggalkan aku meski ternyata aku tak seperti yang kau mau. Sebab (jika pun) kecewa bukan alasan untuk meninggalkan, bukan?

0 komentar:

Post a Comment