Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Wednesday, September 25, 2013

Dan Kau....


Mengubah kebiasaanku yang lebih tenang tanpa siapapun, jadi kelimpungan saat tak ada kamu di sekitarnya.

Meski tak kubuka dengan suara, tak kutulis dengan kalimat tanya untuk tahu jawabannya. Semestinya tahu dengan sendirinya. Apa kau buta? Tak bisa membaca peta yang susah payah kugambari sendiri. Atau kau pura-pura? Tak mau meraba jejak menuju hatiku yang mulai meluka sendirinya.


Ah, kini galau jadi teman sehari-hari. Padahal kau tak peduli sama sekali. Beritahu aku caranya membuatmu merindukan aku setiap waktu. Lalu kaugeser ia dari lini waktumu. Masa lalu yang tak perlu kauharap kembali ke pelukmu. Tak juga sadarkah dirimu telah mengusik hatiku; Mengubahnya jadi sembilu.


Lalu setiap menit sampai habis malam kusambangi ponselku hanya untuk melihat apa kau menghubungiku. Akan kutunggu kau ajak aku bicara meski tanpa tatap muka, sebelum merjan pecah dini hari. Apa kau tahu bagaimana rasa sesak saat harus menahan diri untuk tidak merindukan seseorang yang (bukan) siapa-siapaku ...
lalu aku hanya bisa memandangi segalamu dari balik layar yang mulai bosan melihatku terus-terusan menatapnya hanya karena ingin tahu keberadaanmu. Kau tahu apa yang lebih menyakitkan dari cinta tak berbalas? Adalah cinta yang jatuh tidak tepat waktu.

Dan aku kehilangan gramatika. Aku pulang tanpa kata. Aku pergi tanpa bicara. Aku merapuh sendirian. Bukankah kautahu di mana letak lebih dan kurangku? Tak bisakah kaumemahaminya lebih dalam? Tak maukah kaumempelajarinya lebih detail? Seperti serbuk yang beterbangan, aku butuh uluran tangan untuk memungutnya satu per satu.

Kumohon, kembalikan aku pada satu titik sebelum pertemuan itu. Lalu biarkan aku tak pernah mengenalmu. Bukankah lebih baik begitu?

Atau biarkan saja aku menikmati letihku sendiri. Mengikuti alur Tuhan. Bukankah kita tak pernah diberitahu lebih dulu apa yang terjadi satu detik mendatang? Bukan tidak mungkin, akulah rusukmu yang hilang.



250913~Kau baca, tapi kau tak pernah tahu semua ini untukmu.




0 komentar:

Post a Comment