Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Monday, October 8, 2012

Waktu, Aku dan Kamu



Entah, besok atau lusa. Aku hanya mau berada paling dekat denganmu. Meski kamu kerap membelokkan pembicaraan ke arah kematian, tapi aku tetap akan terus begini sampai waktu menjemput salah satu di antara kita.

Aku bukan pengiring kepergian yang baik. Sebab sampai kapan pun aku tak akan pernah bisa rela menghela napas tanpa udara di sekitarmu. 

Berkali-kali uluran tangan seseorang datang memelukku. Membantuku berdiri tanpamu, menoleh ke arah yang lain. Tapi yang ada justru luka yang mengingatkan aku pada satuan terkecil tentang cinta. Seandainya tidak pernah terjadi, seandainya aku dan kamu tidak pernah dilengkungkan dalam satu titik pertemuan yang mengakibatkan lara di jiwa. Seandainya saja....

Seperti inikah? Kamu bilang tak akan pernah menjadi satu yang beradu padu. Antara hatiku dengan degup jantungmu, tak 'kan menjadi denyut yang berpaud menyatu. Padahal, nyatanya aku selalu bisa merasakan sengal napas yang membuatmu terkadang enggan lagi melakukannya. 

Matamu masih sayu, masih sama seperti pertama bertemu. Masih seperti itu juga aku membaca mimik mukamu. Mengapa masih saja menyisakan rasa yang tanpa tepian? Bahkan yang berakhir menjadi suatu perpisahan pun tak benar-benar kunjung datang. Kamu selalu datang saat aku mulai tersesat. Saat aku mencari pintu keluar, kamu seperti menguncinya rapat-rapat.

Seperti itukah waktu berputar hanya untuk menjatuhkan luka yang mengakar? Hanya untuk membicarakan tentang kematian atau perpisahan. Bagiku waktu adalah siksa, sebab waktu menjadi jarak yang tak bisa menahan satu pelukan panjang. Selalu berkahir pada genggam yang saling melepaskan.

Seperti itukah waktu berputar hanya untuk meninggalkan tangis yang gemetar? Hanya untuk menunjukkan betapa hebat jarumnya menusuk-nusuk rusuk. Memberi lubang besar yang menyuarakan sisa-sisa kerapuhan. 

Seperti itukah waktu berputar hanya untuk membuat cinta makin lebar menyebar? Lalu seenaknya ditabrakkan pada alasan yang mengharuskan seseorang untuk meninggalkan dan ditinggalkan. Seperti itukah hakikat kehidupan? Seperti itukah waktu begitu kejam melambaikan keterbatasan? Antara aku dengan kehidupan pada zaman sebelumnya, mengapa mesti dipisahkan dengan berbagai macam alasan? Mengapa melulu mesti soal waktu?

Lalu bagiku, waktu bukan lagi penghitung masa lalu. Bukan lagi pengingat masa depan. Bukan lagi teman masa kini. Waktu, aku, dan kamu adalah yang tak bisa berkawan. Aku dan kamu yang tak 'kan bisa melawan waktu kecuali dengan keajaiban. Bukankah begitu pula bagimu?

3 komentar:

Anonymous said...

Berharap ada keajaiban yang menjadikan waktu berpihak pada kita

Anonymous said...

Dengan segala keangkuhanku aku berulang kali bilang "aku akan pergi"...tapi nyatanya aku tak bisa tanpamu.

Fasih Radiana said...

masyaAllah :(((

Post a Comment