Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Monday, December 15, 2014

Dan Bila Kau adalah Keseimbangan


Aku masih bisa merasakannya. Masih mengingati diri penuh air mata mendoa(mu) dari sini; dalam teduhnya sujud dini hari.

Aku tak pernah senang hiruk-pikuk keramaian kota, kecuali memutarinya bersamamu.
Aku tak pernah suka bising dunia nyata, kecuali mendengarnya denganmu.
Aku tak pernah bisa bercerita menyoal kerapuhan yang berdiam di dadaku, kecuali dengan bola matamu.

Entah, sebab kau memang bagian dari doa yang makbul ataukah hanya aku yang memaksakan kamulah orang itu—seseorang yang memang Tuhan izinkan berbagi bagian dari tubuhnya untuk menjadi separuhku.

Sudah lama kiranya, aku mengacak-abul kosa-kata. Kujadikan serangkaian kalimat cinta. Kujabar dengan begitu sempurna. Sejak tahunan lalu, sebenarnya aku tak pernah mengerti aku ini bicara apa. Semua hanya seperti kutipan film "Supernova" karya penulis kenamaan Dewi 'dee' Lestari yang sedang gencar ingin ditonton jutaan orang. Meski aku terlihat berada dalam batas ekuilibrium atau keseimbangan yang begitu baik-baik saja, nyatanya selalu dibersamai dua sisi koin yang bersebrangan.


Terkadang aku ada tetapi meniada. Sering kali aku tiada tapi begitu lekat dirasa. Kau tak akan pernah mampu menembus batas langit untuk menemui "bintang jatuh" ketika tak berada dalam frekuensi yang pas. Jatah pikir paling tinggi yang akan membuat logikamu jungkir-balik. Entah mana yang perlu didahulukan; dicintai atau mencintai. Kurasa, perlu keduanya sekaligus bebarengan.

Aku pernah begitu tegar dalam sendiri yang sabar, sebelum engkau menjamuku dengan peluk berjam-jam.
Aku pernah begitu tabah pada biasa yang jengah, sebelum engkau meramu rindu dalam jarak satu-dua mili.
Aku pernah begitu enggan ditemani sesiapa, sebelum engkau melucuti hatiku, tubuhku, segalaku pelan-pelan.

Sampai tiba aku bertanya:
Engkaukah?


151214~Lalu siapa yang sanggup menjawab....

0 komentar:

Post a Comment