Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Thursday, December 25, 2014

Jarak yang Kubawa Pulang

Bu.
Apa kabar?

Lama kupikir aku adalah yang paling kuat.
Lama kukira aku adalah yang paling sabar.
Lama kurasa akulah yang tiada.

Ayah.
Sedang apa?

Belum lama sepertinya, aku diberi selembar hitam-putih berukuran 3x4; usang, robek separuhnya.
Belum lama kiranya, aku sombong tak akan pernah bertanya mengapa kau di sana; entah, di mana.
Belum lama ternyata, aku tak kuasa ingin mengubah segumpal darah dalam dagingku.

Tapi tak bisa, batinku.
Tapi tak mungkin, lirihku.
Tapi tak boleh, kata-Nya.

Barangkali, jarak yang kubawa pulang tak sampai waktu untuk menemuinya kembali.
Barangkali, sudah kosong sampai tujuan.
Barangkali.


Kali ini aku ingin mengulang segala dari nol. Lalu bertanya bagaimana caranya.
Aku ingin terbang ke masa yang sudah lama kutinggalkan sendirian. Tapi tak bisa kan?
Seandainya saja, seandainya saja.

Segala fiksi jadi tampak begitu nyata mengambang begitu saja di permukaan. Atau justru realita mengumpat layaknya khayal yang semu.

Seandainya jarak tak pernah punya ukuran waktu untuk sampai pada pertemuan di titik yang kita inginkan. Mungkin saat ini aku memilih untuk tidak mengenali siapalah diri yang dikalahkan oleh takdir. Sebab aku tahu, aku tahu itu aku.



Di persimpangan waktu, 2014

0 komentar:

Post a Comment