Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Tuesday, February 11, 2014

Hari Ke-11: Kubawa "Kamu" Menuju-Mu; Rindu


Follow my heart @fasihrdn

Ketika hati kecil mengungkap pendapatnya, sekeras apapun mencoba melawan, ia tak kan menghasilkan sebuah ketenangan. Sedalam apa aku menyembunyikan perasaan, akan muncul juga ke permukaan. Kebohongan tak kan pernah bisa bertahan meski mati-matian diusahakan untuk terus ditutup-tutupi kebenarannya. Apalagi soal "rasa" yang suka salah-kaprah dalam penyampaiannya, dalam menjaga dan memeliharanya.

Aku tak perlu mengingat keburukan untuk membencimu. Sebab waktu itu, aku tak mencari kebaikan untuk mencintaimu.

Kata banyak orang, cara ampuh untuk melupakan sakit hati dari cinta adalah dengan mengingat keburukannya. Tapi barangkali ada cara yang lebih baik daripada sebuah kebencian. Adalah dengan mengubah perasaan cinta menjadi pertemanan yang saling mengingatkan pada kebaikan.

More quotes www.fasihrr.tumblr.com

Cara paling baik untuk sebuah penyesalan adalah dengan sebuah perbaikan, bukan tangisan. Apa yang kita rasakan sekarang mungkinlah seperti pesakitan yang tak juga menemui ujungnya. Hulu yang tak sampai pada hilirnya. Tapi tak sadarkah, nyata-nyata Tuhan menyelundupkan ketenangan hanya dengan mengingat saja. Sebenarnya apa lagi, apa yang lebih indah dari suara hati yang menyebut-nyebut rindu pada pelukan-Nya. Apalagi yang ingin kaurasa, kecuali ketenangan yang datang dari cinta-Nya. Soal suatu kehilangan; barangkali bersyukurlah karena pernah sempat memiliki. Bukankah segala hal di dunia hanya titipan dari yang mencipta? Aku bertanya lagi pada hati sendiri. Perkara takdir; bukan hal mudah untuk menerima yang tidak kita inginkan. Bukankah segala kejadian mutlak kuasa Tuhan? Tentu saja, setelah berusaha, berdoa, dan tawakal.


Kunikmati sekali lagi tentang sebuah memori, kukhidmati sendiri. Kurenungkan berkali-kali, berhari-hari. Sebab cinta selalu punya cara untuk membuat air mata kembali jadi senyuman. Meski hanya dengan sebuah jejak rekam. Kusebut ia kenangan. Tapi biar kutitipkan segala ingatan tentangmu pada Tuhan. Kubiarkan ia beterbangan mencari muaranya. Kubiarkan ia terbawa angin malam, bermukim dalam doa-doa penuh keheningan. Bersama alam aku menunggu waktu yang tepat untuk dua jiwa yang disatukan, entah dengan siapa.

Jauh lebih baik bagiku, bila Allah saja yang memilihkan di mana hatiku berlabuh. Untuk terakhir kali, entah kapan. Meski aku paham betul, soal hati tak kan bisa kaubohongi meski dalam hati. Tapi barangkali, bisa kautahan sendiri, entah dengan cara apa.


Kalau cinta yang kusimpan rapat-rapat mulai tampak ke permukaan, aku berlindung pada cinta Tuhan yang menyelamatkan. Cinta bagiku masih seperti gumpalan awan yang entah, mau berubah jadi hujan atau terang. Seperti apa kiranya ia menjadikan dirinya, barangkali, terserah kehendak Tuhan. Kubawa ke sudut paling dalam. Yang tak tampak kasatmata, yang tak terlihat parasnya. Agar kita bisa sama-sama saling memelihara jiwa sebelum luka—sebab cinta yang salah dibina—merusak segala. Aku tak (akan) bisa menyimpulkan takdir Tuhan. Bahwa … aku tak bisa menjelaskan banyak hal yang urusannya bersinggungan dengan hati. Siapapun tahu, segumpal daging yang disebut hati itu pusatnya segala hidup dari hidup.

Maka kuserahkan segala yang jadi kehendak-Mu. Kupasrahkan segala yang tak bisa kucegah dan tak bisa kukembalikan.



110214~Kalau aku mulai resah karena kamu menyergap tiba-tiba, ingatkan aku, ke mana semestinya kubawa rindu  kembali pulang. Menuju Tuhan.

Dariku yang durhaka,
Fasih Radiana

0 komentar:

Post a Comment