Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Saturday, January 1, 2011

PART 7

Dea diam mendekam di sudut kamarnya yang gelap. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua tapi belum juga Dea dapat memejamkan mata. Lamunan membawanya kembali menguak kisah lalu. Ketika ia dan Farel berperang hebat. Saat itu di mana Dea mulai merasakan hal yang tak biasanya ia rasakan. Ketika bayangan Farel tak lagi nampak, saat di mana Farel menghilang sejenak dalam hidupnya. Di kala itu Dea tertawa dengan tangisnya. Bukan hanya Dea yang terpukul, tetapi Tania juga. Siang itu, Farel tak menampakkan senyumnya. Entah bagaimana awal pecahnya perang dingin itu, Dea tak bisa mengingatnya. Yang dea ingat, perang dingin itu berlangsung cukup lama. Farel seperti menghindari Dea dan Tania. Bukan hanya menghilang dari mereka, bahkan tak nampak batang hidungnya dari Lia dan Ira. Hari Sabtu sepulang sekolah, Farel minta maaf pada Dea dan Tania. Terlihat binar mata Tania yang mulai bersinar terang kembali. Dea sangat merasakan begitu Farel membuat sahabatnya itu lebih sering tersenyum gemilang. Namun, sirna semua tawa hari itu setelah Farel mengucapkan kalimat yang hancurkan Tania dalam sekejap. 
To: Tania
Sorry banget aku nggak bisa lagi kayak dulu, bilangin              sekalian ke Dea

To: Farel
Kamu kenapa to?








Tak ada balasan dari Farel, yang ada hanya Tania dengan wajah muramnya. Dea juga mersakan betapa kecewanya Tania terhadap sikap Farel. Dea dan Tania hanya menduga penyebabnya adalah Angie dan Vitta, mungkin Tara dan kawan-kawannya juga. Mereka menceritakan perubahan Farel pada Lia dan Ira. Merekapun berusaha mengubah jalan pikiran Farel, membuka hatinya untuk berpikir jernih. Ira dan Tania telah mencobanya, tetapi yang mereka dapat justru luka tersayat. Liapun ikut ambil peran, sama seperti yang sudah Dea duga. NIHIL. Satu-satunya yang belum mencoba mengembalikan Farel seperti semula hanya Dea. Tak pernah ingin ia rasakan hal yang sama seperti yang teman-temannya dapatkan. Dea terus memutar otaknya. Entah apa yang harus ia lakukan. Sudah berbagai macam cara tak membuat Farel sadar juga. Dari cara yang paling lembut sampai yang paling kasar. Farel memang keras kepala . Sekali ia memikirkan sesuatu, tak ada satupun yang dapat mengubah pikirannya itu hingga benar-benar membuatnya sangat yakin. Dan hal tersulit adalah meyakinkan pikiran Farel itu sesuatu yang salah . Salah satu pikiran Farel yang membuatnya menghindar adalah ia yang merasa menjadi penyebab hancurnya KIBER. Dea tau bukan hanya itu, masih banyak faktor-faktor lain. Tiga hari memutar otaknya, tak juga ia temukan cara cairkan hati Farel yang telah membeku. Ia bungkam suara-suara merindu sendu dengan hal yang selalu ia lakukan ketika ia tak mengerti perasaanya. Terlintas dalam benaknya, kebencian yang mulai bertaburan di hatinya bersamaan dengan cinta yang membakar senyumnya.


17.06.09

Kali ini dia lagi yang menghampiri hati. Begitu perih menindih pedih! cinta ini terlalu tinggi mengangkat jiwaku melayang terbang, HILANG! Terlarangkah rasa ini? Berulang kali kurasakan, ku pahami, ku gali&kucari makna perasaan ini, semua justru makin menusuk tulang-tulang rusukku. Membuatku tertatih letih merintih perih perih perih rasa ini, pedih pedih begitu pedih hati ini! Dia. menunjukkan indah dunia yang ku anggap neraka. Dia. penawar pilu saat hati terasa sembilu . AKU! Menerjang badai topan tuk hampiri cintanya. Tetap bergerak melangkah kedua kakiku, meski berat. Tetap berjalan perasaan hati yang berjerit menepi. Tak satupun menginginkannya. Tuhan, inikah yang disebut dengan cinta? Semua yang ada hanyalah pengorbanan dan airmata. Selalu aku berharap waktu tetaplah diam di situ. Di saat dia berikan seluruh perasaannya, saat dia berikan semua yang kuimpikan. Tapi kenapa Tuhan? Terlarangkah rasa yang mendera jiwa? Andai dia tau betapa aku membutuhkan cinta dan kasih tulusnya. Andai saja dia mengerti, apa yang kuinginkan. Andai dia memahami begitu terlukanya kalbu karna perasaan ini. Mereka! melebur semua mimpi yang telah ku genggam. Kenapa? Selalu merenggut apa yang ku miliki, kenapa?! Selalu menjerat langkahku, menelusup ke relung sukma, mencabut cinta yang telah jauh tertanam. Kenapa? Dia yang memetik buahnya? kenapa?! Tuhan, aku yang taburkan benih itu sendirian. bahkan badai dan terpaan angin topanpun telah ku rasa. Perjuangan hebat menanam benih itu. Memupuk, menyirami, dan merawatnya dengan hati-hati. semua itu begitu berat! Tapi kenapa dia yang memakan buah itu? Kenapa harus dia yang memetik buah yang telah lama ku nanti? KENAPA DIA!





To be continue...

2 komentar:

Rr. Intan Larasati said...

mbak kita berteman ya... kalau nggak keberatan follow balik intan ya, terimakasih banyak.

Fasih Radiana said...

oh iya oke :)

Post a Comment