Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Wednesday, December 22, 2010

PART 2

Siang itu sepulang sekolah seperti biasa, KIBER duduk-duduk di kawasan yang mereka kuasai. Di seberang jalan adalah tempat Farel dan teman-temanya. Saat itu Dea sedang bermasalah dengan Farel . Sudah tiga hari mereka tak saling bicara. Di kelas, mereka bahkan tak mau saling menatap. Dea yang merasa kesal dengan sikap Farel menunjukkan semua sms Farel pada Tania. Saat itu keadaan KIBER memang sudah rapuh, sehingga Dea hanya ngobrol dengan Tania, sedangkan yang lain bercengkrama sendiri.
          Keesokan harinya sepulang sekolah, Dea meminjam hp Tara. Kebiasaan Dea membuka inbox tanpa izin membuat keadaan KIBER semakin genting. Ia mendapati sms Denya, yaitu sahabat Tara sejak kelas tujuh itu menyebut namanya. Matanya tertegun kecewa setelah tau isinya. Dea menunjukkan sms itu pada Tania,

To: Tara
Ra, kamu yg sbr aja ya, Dea emang gitu jahat banget sama km. Aku tau pahit bgt kjadian kmarin itu tapi kamu hrs tabah.

To: Denya
Ha? aku nggak ngerti km ngmg apa. Emg Dea ngapain aku kemarin? Aku kok nggak inget ya? hehe :P

Tania mulai jengah dan membaca sms yang lainnya.

To: Tara
Itu loh Ra, waktu kemarin km udh plg Dea nunjukin semua smsnya Farel ke Tania. Dia ngeliatin Farel terus... Kamu sabar ya jangan terlalu ngarep ma Farel.

To: Denya
Ohh, yaudalah biarin aja mereka mau gimana, iya makasih ya:)

Tania makin muak dengan semua ini, sangat jelas kemarin Denya tak tau apa yang mereka bicarakan, apalagi tentang sms Farel. tania makin bingung dengan jalan pikiran Denya yang justru seperti ingin persahabatan ini hancur lebur.

***

           Langit bertubuh senja mengingatkan Dea tentang sms yang tadi siang ia baca. Begitu tega Denya memfitnahnya hingga mengiris tangis. Harga kebencian makin melambung tinggi dalam relung sukmanya yang telah rapuh, yang penuh keluh. Tersirat dalamnya luka yang mengakar di hatinya, meluapkan tangis. Berulangkali Dea mencoba meredam sakit yang ia rasa karena dalam diam ternyata ada rasa iri pada Tara. Dulu Tara bukan siapa-siapa. Tetapi semenjak Tara menjadi gebetan Farel, tiba-tiba KIBER mengagungkannya. Kini rasa itu telah lelah ia simpan sendirian. Goresan-goresan kecil di hatinya telah meradang. Tak dapat lagi ia tahan. Apalagi melihat sikap teman-temannya yang makin mencurigainya ada hubungan lebih dengan Farel, terutama Denya.  Sepintas tak ingin menambah panjang lebar masalah, Dea mencoba menanyakan maksut sms Denya. Tetapi yang Dea dapat justru caci maki Denya yang semakin menyalahkannya dan terus menuduh Dea ingin merebut Farel. Sekejap tak kuasa membendung tangis yang mengandung emosi lemah tak berdaya, airmatanya mulai melukiskan perasaan amarah membara yang luruh dengan kecewa yang membaja. Mulai ia tulis kata demi kata yang meruntuhkan emosi Denya, namun Denya justru berkelit. Satu jam kemudian, Denya mebalas sms Dea. Jawaban yang membuat uap api kebencian makin membara dalam dadanya. Letih sudah Dea menghadapi sikap Denya yang tak tau malu , ia hanya membiarkan hpnya tergeletak tak bernyawa di atas meja. Dea mulai membuka bukunya yang mulai kusam. Mulai ia tuangkan resah gelisah amarah dalam kertas putih yang selalu setia menjadi tempatnya mengaduh dalam gaduh pikiranya. Kata demi kata terangkai menjadi kalimat-kalimat sendu yang terajut dalam bait-bait pilu. Kata yang membuka selalu ia tulis dengan kuas kesedihan. Dalam pahit kehidupan yang mau tak mau harus ia telan.




To be continue...







0 komentar:

Post a Comment