Sungguhlah aku tak patut menuliskan suara hati ini teruntuk kau, yang belum kuketahui benar atau tidaknya akan menjadi masaku di waktu yang akan datang. Tapi izinkan aku menulis surat ini teruntuk engkau, sebagai seseorang yang kuperjuangkan, kuusahakan, dan kumasukkan dalam barisan doa di setiap malam nyaris menjadi pagi.
Bukan aku meragukanmu, Sayang. Ini hanya menyoal waktu untuk percaya pada apa yang pernah kau jadikan dusta. Mahluk berinisial "adam" yang konon katanya memang sulit sekali bersetia. Atau aku saja yang terlalu takut untuk seutuhnya kembali percaya.
Bukan aku mencurigaimu setiap waktu, Sayang. Ini hanya bagian dari ketakutanku atas memoarmu yang barangkali, masih kerap lalu-lalang di pikiranmu, di sengal napasmu, di jejakmu, di sudut hatimu yang tak kuketahui. Sungguh, aku tak bermaksud untuk mencemburui masamu yang telah lalu. Ini hanya perkara gelisah yang mestinya kau peluk erat-erat agar tak berlama-lama tunduk pada prasangka.
Bukan aku tak yakin pada kesungguhanmu saat ini, Sayang. Ini hanyalah debu sisa-sisa luka yang masih belum bersih juga. Bantulah aku, meniup serdak yang mulai mengkerak. Jangan biarkan aku menggigil sendirian pada harap yang masih separuh kugenggam.
Kau tahu, pada masamu yang telah lalu. Aku seperti orang asing yang dipungut lalu diasingkan kembali.
Bukan aku bermaksud selalu mengungkitnya kembali, bila aku mulai membicarakannya lagi. Tolong, pahamkan aku bahwa aku yang salah mengira. Aku yang salah menduga. Hanya aku yang berlebihan mengartikannya.
Jadi....
Bisakah bersetia pada satu nama dalam doamu, namaku saja. Meski sungguh, dalam doaku pun kuminta Allah selalu mendekapmu lebih erat dari cinta yang kupunya, lebih dekat pada perintah-Nya ketimbang padaku yang sebatas wanita biasa.
Dalam keterbatasanku, Mas, kuharap mampu memenuhi celahmu yang diam-diam ternyata rapuh juga dalam ketakutan melewati batasan waktu yang terus saja mengejarmu. Meski katamu, cinta tak pernah butuh alasan. Tapi pada alasan apapun itu, aku mencintaimu sebab kamulah alasanku.
Salam,
Fasih Radiana
010714~Ini bukan surat berisikan kegalauanku, Sayang. Ini surat teruntuk apa yang baru saja kukenali kembali, seluruhmu. Bantu aku.
4 komentar:
cakep euy suratnya.. ane turut doain aja semoga presidennya mendengar
aamiin :D
kesetiaan jarang bisa diukur dengan bukti,namun waktu yang pasti akan menunjukanya...
Terima kasih, dan sangat bermanfaat
Post a Comment