Masih juga kutunggu kamu pada petang kali ini. Membawa kabar baik dari ujung gagang telepon. Atau kutunggu di balik tirai kalau-kalau kamu datang mengetuk pintu. Tapi tak kunjung tiba. Di mana gerangan?
Aku berjalan mondar-mandir, mencari seribu kemungkinan mengapa kamu belum juga sampai. Mungkin jalanan macet, mungkin hujan deras membuatmu harus lebih hati-hati, atau mungkin kamu sedang bertanya-tanya pada orang sekitar yang mana rumahku. Ah, iya. Kamu pasti sudah hampir tiba.
Aku masih memutari jarum jam, apa mungkin detikannya terlampau cepat? Bolak-balik kulihat ponselku, tak ada juga pesan darimu. Mungkin, tidak punya pulsa. Ah, mungkin tidak ada jaringan di tempatmu. Terakhir kali, kubuang ponselku. Mungkin, sudah tidak lagi berfungsi dengan baik.
Masih juga kutunggu kamu pada petang yang berbeda. Kali ini hujan tak juga mau reda. Apa kiranya kamu sedang berteduh di bawa pohon di dekat rumahku? Kuintip setiap decat langkah yang melewati pagar rumah. Bukan kamu.
Jadi, kuputuskan kutulis saja surat untukmu. Semoga kamu membacanya, bahwa aku masih menunggumu. Meski aku tahu, kamu tak akan datang menjemputku.
#30HariMenulisSuratCinta
3 komentar:
hmmmmm..... -___-
tidak-tidak-tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak :\
.
Sebuah pemikiran yg selalu positif atas berbagai kemungkinan ketidak datangannya...
Mungkin engkau menghibur diri...
Mungkin engkau membohongi hati...
Post a Comment