Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Thursday, October 17, 2013

Jadilah Kau Segalaku, Bawa Aku Bersamamu



Dan aku hadir bukan untuk menggelisahkan hatimu. Pun kau datang bukan untuk menyakitiku kan? Untuk apa sebenarnya titik itu, yang kupijak tepat di hadapanmu. Yang ternyata menjadi awal mula segala rasa. Dan aku tak pernah mau mendalaminya. Tak pernah ingin memaknainya lebih teliti, aku tak pernah meminta kau membuka intuisi. Bisik kecil yang merambat ke segala arah, lalu ia mendiami ruang-ruang hampa dalam hatiku.

Tapi toh, nyatanya aku hanya bisa memandangi biasmu, membaca namamu di lini waktuku, dan mencoba mengingat-ingat wajahmu. Padahal di sana, kau tak pernah mencoba mengeja kembali abjad-abjad yang menyusun namaku. Meskipun kau dan aku masih dalam satu gerak laju, bertemu di ruang semu, tapi, aku tak pernah tahu dengan siapa lagi kau berbagi cerita. Membagiku....


Jujur saja, aku lelah jatuh cinta. Aku lelah mencintai yang salah. Aku lelah tak juga menemukan jemari yang pas dijariku. Aku lelah ditemukan oleh ia yang ternyata aku bukanlah rusuknya. Jadilah kau yang membuat semua lelahku berakhir. Jadilah kau seseorang yang membuatku berhenti di situ, berhenti di rengkuhmu. Punsemisal aku jatuh cinta lagilain waktu, itu hanya aku yang kembali mencintaimu. Dan terus begitu sampai berakhir waktuku. Jadikan aku yang paling pas di tulangmu. Sebab kecocokan hati tak pernah bisa dipelajari, tapi dipahami.

Kau melukis gradasi dalam hidupku, membelokkan cahayanya ke mataku, membuatnya jadi pelangi. Bersediakah kau ... bersediakah menenangkan hatiku, berusaha memahamiku, menyambut kepedihanku, membuat sedihku luruh sebab kaumengubahnya jadi bahagia.

Lalu di tempat itu, kauhabisi rinduku dengan syahdu. Lagi, di tempat yang sama, kaulunasi senyumku dengan haru.

Andai ada mesin pendeteksi hati, mungkin kau bisa langsung mengerti betapa dalam benakku tak pernah lepas dari bayangmu. Betapa sulitnya aku menjinakkan hati yang mulai tak terkendali. Yang selalu ingin ada kamu mengitari semuaku, yang selalu saja menujumu. Yang enggan berjauh-jauh darimu, diam-diam menyimpan cemburu pada siapapun yang berada di sekelilingmu. Lalu egoku memainkan peran, memikirkan apa yang tidak perlu. Andai aku tahu isi di dalamnya; hatimu. Dan kemana pun langkahmu, aku menunggu. Mendoakanmu dari kejauhan. Aku menunggumu. Kembali pulang, membawa cinta baru.

Ajak aku bermesraan dengan alam, biar melebur pada kedamaian. Biar kusesapi sendiri cinta yang membuatku takut kalau-kalau ia semakin akut. Biar kucoba tenangkan riak gelombang di jantungku, yang gelisah tak tahu waktu. Ajak aku bergandengan dengan alam, biar kutarik dalam-dalam napas lewat udara yang membawa embun pagi. Bawa aku bersamamu, jangan pernah biarkan siapapun mencurinya darimu; hatiku.


16-171013~Catatan rindu yang tak sempat kutulis di bukumu sudah lunas di ujung senja. Panggil aku jika kau merasa pilu mulai mengganggu, biar kuajari kau caranya mengubah hampa jadi tenang di dadamu.

5 komentar:

Post a Comment