Ada yang hilang dari hidupku. Kamu ... bersama hati yang sudah kuserahkan di genggammu.
Ada yang pergi dari hatiku. Kamu ... bersama cinta yang sudah kupercayakan di jarimu.
Ada yang terbang dari semuaku. Kamu ... bersama segala yang sudah kuakhiri di janjimu.
Aku tidak ingin menghilang.
Aku tidak ingin pergi.
Aku tidak ingin terbang.
Sebab aku sudah hancur.
Sebab aku sudah hancur.
Sebab aku ... sudah ...
Aku takut berjalan diikuti bayang-bayang. Aku takut tersenyum dengan air mata yang bergelantungan. Aku takut tak bisa lagi merasakan cinta, sebab aku begitu takut semua terulang. Aku takut tak bisa hidup tenang. Aku tak punya cara untuk mengembalikan diriku, sebab kamu sudah terlalu jauh membawaku masuk mengikuti jejakmu. Dan kauhapus jejak itu begitu saja. Begitu saja....
Kau kirim sendiri untukku, lalu kau jadikan sebuah lagu. |
Aku ingin marah.
Aku ingin marah.
Aku harus marah biar benci mengantarkan aku pada lupa, bukan lagi luka.
Dan dengan apa aku harus merobek-robek semua kata dari ucapmu. Dengan cara seperti apa aku bisa bertahan seolah segalanya masih begitu sempurna.
Aku baik-baik saja. Aku (pasti) baik-baik saja. Dan aku (memang) baik-baik saja.
Kupikir omong kosong, ketika ada yang bilang bahagiamu adalah bahagiaku, meski tak bersamaku.
Kupikir omong kosong, ketika ada yang bilang senyummu adalah senyumku, meski nyatanya pilu.
Kupikir omong kosong, ketika ada yang bilang tawamu adalah tawaku, meski tangis menggebu-gebu.
Tapi ternyata....
Kurasa benar, kupastikan kamu baik-baik saja maka dengan itu aku membaik.
Kurasa benar, kupastikan kamu kuat maka dengan itu aku merasa tenang.
Kurasa benar, kupastikan kamu bisa berdiri tegak maka dengan itu aku bisa berjalan tenang.
Kurasa benar, kupastikan kamu sedang bahagia—meski bersamanya—maka dengan itu aku ikut tersenyum.
Sebab segala yang sudah melekat dan ikut kaubawa pergi itu, akan terus di sana. Ia—yang sudah kuberi padamu waktu itu—mungkin tak mau lagi kembali padaku.
Aku masih begitu percaya cinta yang Tuhan beri tak akan pernah menyakiti. Aku masih begitu percaya—meski tak bisa kurasakan lagi—cinta tak akan kemana-mana. Ia hanya seperti bermain petak-umpet, bersembunyi untuk ditemukan kembali. Nanti, di waktu yang pas, di tempat yang benar dan dengan cara yang tepat.
Aku baik-baik saja. Aku (pasti) baik-baik saja. Dan aku (memang) baik-baik saja.
250114~Sesuatu yang mesti kauuji adalah keikhlasan melepaskan. Dan yang perlu kauuji lebih baik lagi adalah kebesaran hati meski hidup memberimu sakit yang terus saja terulang-ulang kembali.
Salam,
0 komentar:
Post a Comment