Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Tuesday, August 14, 2012

Bolehkah Aku Menjadi yang Kedua?

follow me @fasihrdn
Aku patah hati. Malu sekali ingin bersembunyi. Ah, seperti apa dia? Di mana bisa kutemui sosok lembutnya? Perempuan yang katanya bahagia bersandingan denganmu. Perempuan yang berani-beraninya menggenapi. Yang membuatku langsung tersisih meratapi. Seperti apa rupanya? Secantik bidadari? Coba tengok ke arahku, lihat aku!

Entah, kata-katanya membuatku kisut terkejut lalu berubah menjadi takut. Berurut kalut menyambut. Hatiku remuk mengkerut. Ajari aku membalut yang belum sempat terajut. Ajari aku jadi seperti itu, serupa yang kau mau. Ajari aku caranya menjadi yang terlihat melekat di pandanganmu. Bukan yang terabaikan lakumu.

Lalu apa masalahnya? Aku hanya kurcaci di matamu? Anak kecil yang masih lugu, begitu?

Lelah mengeja kata, aku ingin hatimu juga porakporanda. Karena sekelumit yang melejit itu, sudah menyentuhkan ujungnya pada cinta tiada daya. Tak bisakah membaca garis pucat di wajahku? Yang sedari tadi merasakan sakit yang melilit. Aku tergigit desir angin yang mengabarkan tentang kisah cintamu dengan perempuan itu, yang aku masih belum tahu siapa. Terlampau jauh ternyata kakiku mengikuti geriap lalu lalang. Tentang kisahmu yang masih tampak tenang.

Melewati batas angan, debar yang tersumbar kian gemetar. Mau pingsan saja rasanya. Bisakah kau merasakannya? Isyaratku menyeringai terluka. Rinduku remuk di dada. Entah, cinta atau apa, perasaanku tak henti menari dengan kata. Detak lemah setia, membuai mesra bebarengan dengan sebilah luka. Melihat senyummu merah menyala, membuatku menerka-nerka siapa perempuan yang beradu asmara denganmu. Seperti apa sempurnanya?

Aku masih bercumbu dengan khayal yang membual. Tak peduli makin tersayat oleh rasa, yang penting aku suka melihatmu tertawa. Toh, kamu pun sama dengan sisa-sisa hujan. Mengembara mencari muara. Belum tentu akhirnya dia, bukan? 

Masih seperti dua detik yang lalu, pecah senyummu menggelisahkan resahku. Masih dengan pertanyaan serupa, siapa perempuan yang katanya kekasihmu itu? Sekuat apa kau mencintainya? Bisakah melesapkan cerita, melepaskan cintanya?

Aku belum menyerah, mencari-cari celah untuk menuliskan selembar lagi kisah dengan cinta yang tumpah ruah. Coba lihat aku sekali lagi, tanpa embel-embel siapa. Cukup melihatku dengan rasa pertanda cinta.

Tinggalkan saja dia, ajak aku bersama menjadi kita. Atau aku perlu mengiba, memintamu menjadikanku yang kedua.

130812~12.10

0 komentar:

Post a Comment