Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Wednesday, June 10, 2015

Bila Cinta adalah Kata Hati, Biar Tuhan jadi Tuannya



Februari ... Maret ... April ... Mei ... Juni.

Bukankah waktu tak mengenal ampun? Ia bergerak tak peduli kau memintanya untuk tetap tinggal. Kalau kuhitung dengan jari telunjuk, ini adalah bulan ke lima kau dan aku menggantung jarak, meluapkan waktu. Baru sebentar ternyata. Apalagi jika diukur lebih detil beserta hari demi harinya. Tapi tidak hanya aku yang merasa sepertinya sudah tahunan lalu kita tak pernah menyapa wajah.

2013 ... 2014 ... 2015.

Bukankah waktu tak mau tahu? Ia berlari masa bodoh kau masih ingin diam. Sudah masuk dua kali tahun ajaran baru setelah aku memetik senyum dan tangis secara bebarengan. Mengenalmu, memperhatikanmu, menganalisis, memahamimu, mendalamimu sampai hapal kutaksir jumlah bulu-bulu halus yang bernapas di kulitmu. Tapi ternyata baru sebentar kuerat jemari agar benar-benar pas di genggammu. Seperti sudah kuhabiskan satu dekade kuderet lebih-kurangmu. Di mana celah untuk kuisi dan kapan kamu acap melengkapi.

-------------------------------

2013

Ingat?

Kamu pernah ungkap bahwa cinta tak perlu alasan sedang aku melengkapi persepsimu bahwa cinta memang datang tanpa alasan karena ia memilih dirinya jatuh melalui alam bawah sadar: nurani. Tetapi ia selalu melanjutkan diri untuk bangun melalui logika berpikir: akal sehat. Dan idealismeku tidak pernah kamu setujui. Cukup dari sana aku mengerti siapa kita. Bagaimana kita bisa bertemu dari arah yang berlawanan. Oposisi yang sering jadi asal muasal perdebatan justru jadi alat yang mengakurkan. Memasukkan angka di sela paragraf dan menyelipkan huruf dalam deret bilangan. Yang aku tahu, alam bawah sadar setiap manusia tak bersekat, ia menyatu satu dengan yang lain. Gelombangnya akan saling menemukan ketika berada pada frekuensi yang sama.

2014

Ingat?

Kita sempat dipisahkan "dinding" yang begitu dingin. Ia memperkenalkan diri sebagai khianat. Salamnya begitu bising di telinga. Masuk tanpa permisi. Menelusup sampai ke rongga dada. Ia mengubrak-abrik hampir ke seluruh bagian. Seperti pembunuh berdarah dingin. Terus menguliti hingga belulang. Mengacak-acak denyut jantung sampai alir nadi tak lagi berfungsi. Jejaknya tak pernah hilang. Merumah di batang tubuh. 

Saat ulur tangan berdatangan, aku berani sumpah tak akan ada yang mampu menarik lenganku untuk membujuknya bangkit. Kalaupun tak ada cara lain untuk pulih, satu-satunya yang akan menaruh obat merah di satu per satu lukaku hanyalah ia yang sedang berbahagia di tempat lain.

Lalu doa yang memenuhi langit menjadi purnama di sepanjang malam. Tangis dini hari jadi kekuatan cadangan sebelum akhirnya kamu pulang. Sesumbar membawa kabar dengan oleh-oleh berbingkis takdir. Doa jatuh kembali menjadi hujan yang membentuk setengah lingkar "mejikuhibiniu" yang membelah Jogja sebelum fajar pecah. Bukankah alam bawah sadar masih bekerja dengan posisi frekuensi yang tidak berubah? Benarkah sebenarnya cinta yang katamu tanpa alasan berbenah diri dalam sujud dengan kodrat Tuhan sebagai surat izinnya? Ataukah ilmu mantik yang kukombinasikan dengan intuisi adalah sebuah kesalahan besar? Sehingga sulit kali rasanya melupakan "dinding" itu?

Bahkan sampai Februari, Maret, April, Mei, mengantarkan kita ke bulan Juni....

2015

Bukan salahmu pada masa yang telah punah. Toh, pilihanku memaafkan ikhlas adalah pernyataan yang perlu dipertanggungjawabkan. Hatiku jelas tahu betul berbagai cara kau lakukan demi aku yang berbahagia. Kamu begitu sabar sampai ambyar pun sering kali membuatku ingin memaki-maki diri. Mengapa jadi sesulit ini? Padahal cinta begitu sederhana. Katamu, ia tanpa alasan. Tapi aku membuat logikanya jadi terlalu rumit. Merumuskan kejadian terlalu rinci. Membuat nurani jadi sulit sekali muncul ke permukaan. Karena sepersekian detik selalu hilang dilahap prinsip yang barangkali tidak tepat digunakan untuk perkara sesakral ini: cinta.

------------------------------

Tuhan

Beritahu aku, mana yang ia, mana yang pikir belaka. Sebab aku ingin mengikutinya: kata hati. Sebab Kau adalah ia bukan?




Salam,
Fasih Radiana
Sebab aku adalah si koleris, tentu saja butuh kamu yang plegmatis :)





Yogyakarta, 10 Juni 2015 - Bila hati adalah yang paling jujur, biarlah logika yang salah akan hancur....

8 komentar:

Unknown said...

judulnya menarik... (y)

Eka Ikhsanudin said...

sedang curhat ya Mba xixixi... manteb artikelnya :D

Unknown said...

bila cinta adalah kata hati biar tuhan jadi saksi begitu ya mba hehehe

ramuan tahan lama said...

Postingan ini sangat bermanfaat, memberikan informasi mengenai hal yang belum diketahui. Semoga postingan ini bisa memberikan motivasi untuk selalu ingin tahu.

Penyebab keputihan dan cara mengatasinya said...

Postingan ini sangat bermanfaat, memberikan informasi mengenai hal yang belum diketahui. Semoga postingan ini bisa memberikan motivasi untuk selalu ingin tahu.

Obat Sembelit Alami said...

infonya sangat bermanfaat sekali mbak/mas, makasih yach!! beritanya bagus banget dan sangat menarik untuk di baca hari ini. Ijin share juga ya, terimakasih.

diet detox 7 hari said...

Terimakasih atas informasinya :) semoga sukses slalu .. Ditunggu informasi menarik selanjutnya :) senang berkunjung ke website anda, terimakasih. sekali lagi thanks.

Obat radang pita suara said...

Artikel yang sangat menarik dan bermanfaat sekali .

Obat panas dalam pada ibu hamil
Obat benjolan di lidah anak
Obat cikungunya pada anak

Post a Comment