Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Wednesday, September 17, 2014

September - Non Fiksi


September bukan jadi waktu pilihanku untuk menemuimu. Ingatkah bagian itu?

Yang saat itu aku merasa begitu percaya diri tak mungkin jatuh cinta lagi. Apalagi dengan pria di hadapanku. 17 September 2013. Tepat hari Selasa pukul delapan malam aku menjejak dalam keraguan di tengah remang pada keramaian salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Kuterjemahkan air mancur di halaman Gedung Rektorat sebagai titik hatiku tanpa sadar luruh perlahan. Aku masih bisa merasakan purnama pertengahan bulan jadi saksi bisu atas jatuh temponya keangkuhanku.

"Halo? Kamu di mana? Sini dong, aku di depan air mancur, banyak orang nih aku nggak lihat kamu...." Sembari memarkir motor, aku menelepon salah satu teman yang katanya sudah berada di samping air mancur.

Namanya Elis. Satu kelas denganku. Sebenarnya aku enggan datang kemari, tapi gosip yang beredar, jika tidak mengikuti program School Development Program (SDP) maka sertifikat OSPEK tidak dikeluarkan. Apalah daya mahasiswa baru, dibohongi juga tak tahu. Dan derap langkahku berhenti pada satu titik. Cukup kaget karena ternyata yang hadir begitu sedikit.

"Nama saya Fasih Radiana, program studi ...." Baru saja duduk, sudah tiba giliranku memperkenalkan diri. Dengan percaya diri, aku banyak bicara soal diriku. Karena pemandu SDP kelompokku memang menyuruh kami bercerita bahkan sampai ke persoalan pribadi. "Alhamdulillah, saya nggak punya pacar dan nggak mau pacaran lagi," kataku dengan tegas.

"Ya sekarang ... nanti kalau sudah jalan kuliah sekian bulan pacaran lagi," pemandu yang belum kutahu namanya itu menanggapi pernyataanku.

Tapi kujawab sekali lagi dengan begitu jelas bahwa aku tidak lagi tertarik pada urusan anak muda semacam cinta. Lalu dibantah lagi oleh lelaki itu, dia pikir aku trauma karena patah hati. Aku terkikih dalam hati. Belum pernah cinta merusak hidupku. Belum pernah cinta jadi tuanku. Belum pernah cinta mengusik jiwaku sampai seperti remaja lainnya yang bisa gila hanya karena ditinggal kekasihnya. Aku memang sedang dalam kondisi yang begitu stabil, mungkin lebih dari itu.


"Oke, berarti sekarang giliran saya yang memperkenalkan diri. Ada yang sudah tahu nama saya?" Tanya lelaki berjaket coklat yang berada tepat beberapa jengkal dariku. Ada salah satu anggota kelompok yang ternyata sudah tahu namanya. "Sebelumnya saya minta maaf karena kemarin ada acara di Lombok, jadi baru bisa mendampingi hari ini. Emm... digantikan siapa kemarin? Tapi sudah diberitahu kalau hari ini kumpul kan?" Lelaki itu melanjutkan.

Aku jadi ingat, kalau mbak-mbak pemandu kemarin semakin membuatku malas mengikuti program yang sampai sekarang aku masih juga tidak paham apa manfaatnya. Galak, ketus, dan perempuan. Hahaha. "Oke, ada yang tahu jabatan saya di BEM itu apa? Karena biasanya sih, pada nggak tahu." Lelaki yang aku lupa namanya itu bertanya lagi. Penting ya aku tahu jabatanmu apa? Batinku. "Wakil Ketua," jawab lelaki di sudut lain. Oh, My God. Sempat-sempatnya tahu-menahu perkara itu.

"Sebelum saya memberitahu tugasnya apa, ada yang mau ditanyakan dulu?"
"Apa penyebab putus? Kapan putus?" Tanyaku asal-asalan, daripada tidak bertanya sama sekali.
"Salah paham karena sama-sama lelah," jawab lelaki yang ternyata baru putus lima bulan yang lalu. Klise, batinku. Dasar, anak muda.

Aku pulang dengan membawa tugas baru. Entah, aku tak begitu paham dengan tugasnya. Tugas dari dosen sudah menumpuk, masih harus ditambah dengan apalah ini namanya.

-----------------------------------------------------------------------------------------

September bukan jadi waktu pilihanku untuk dipertemukan denganmu. Ingatkah bagian itu?

Bulan Maret aku berangan-angan merambati gunung di negeriku. Lalu seseorang yang tak kukenali siapa menawarkan pendakian yang sudah lama kunantikan. Tuhan, adakah jawaban dari sebuah keinginan melalui cara semacam ini?

22:01 17 Sep - fasihradiana: Maaf mas, mau tanya. Itu yang ndaki gunung pada angkatan atas ya?
22:04 17 Sep - Mas BEM: campuran kok, anak TI 2012 juga ada.
22:05 17 Sep - Mas BEM: kamu boleh kok ajak temen. Gimana? Boleh sama ortu?
22:05 17 Sep - Mas BEM: duuuh, dp nya promosi blog nih....
22:06 17 Sep - fasihradiana: Boleh sih, boleh, tapi cari temen dulu. Malu kalau sendiri, hehe. Hahahaha, yaudah ganti deh.
22:06 17 Sep - Mas BEM: itu si Elis diajak ... haduh sensi.
22:08 17 Sep - fasihradiana: Haha, ya nanti. Nggak sensi kok.
22:09 17 Sep - Mas BEM: Sendiri juga gapapa nambah relasi....
22:09 17 Sep - fasihradiana: Ntar kaya orang ilang....
22:10 17 Sep - Mas BEM: yee... belum apa-apa udah pesimis.

Mengapa juga lelaki itu menyelipkan informasi tambahan setelah memberitahu tugas SDP, mengapa mesti gunung? Aku selalu bilang suka dengan gunung, tapi belum pernah menjamahinya sama sekali. Payah. Beruntung ada Whatsapp yang jadi media bersahabat, untungnya aku termasuk mudah bersosialisasi di dunia maya. Iya, bukan dunia nyata. Jadi, Tuhan, bolehkah aku menjejaki puncak merbabu? Ah, aku tak yakin ayah dan ibu mengizinkan, apalagi pergi bersama orang-orang yang belum kukenal dengan baik. Tapi aku ingin. Tapi terlalu banyak kata tapi yang menghambat lajuku. Kalau Tuhan ridho, pasti akan segera kucumbuhi kau, Merbabu.

16:18 18 Sep - Mas BEM: udah ke JEC nya?
16:21 18 Sep - fasihradiana: Udah mau pulang, mau hujan.
16:24 18 Sep - Mas BEM: Ini juga saya baru mau pulang dari MUGA. Ati2....
16:27 18 Sep - fasihradiana: sama2, enak ya pulang.
16:41 18 Sep - Mas BEM: ye, pulang dari SMK, tapi ke kampus lagi...
16:42 18 Sep - fasihradiana: Ngapain?
16:49 18 Sep - Mas BEM: Rapat Teknovest
16:54 18 Sep - fasihradiana: Oooo. flashdisknya diambil kapan?
16:56 18 Sep - Mas BEM: ya kapan bisa ketemu?
16:57 18 Sep - fasihradiana: Ya kapan ya. Emang rapat di mana?
16:59 18 Sep - Mas BEM: di BEM
17:01 18 Sep - fasihradiana: O
17:02 18 Sep - Mas BEM: a o a o
17:07 18 Sep - fasihradiana: Zzzzz aku di kampus kok. Kalau mau ambil, ambil aja, kalau nggak sempet ya kapan2, haha. Flasdisk-nya kupakai dulu.
17:09 18 Sep - Mas BEM: di mana kamu dek
17:09 18 Sep - fasihradiana: KPLT
17:09 18 Sep - Mas BEM: ada apa?
17:11 18 Sep - fasihradiana: Bikin tugas
17:14 18 Sep - Mas BEM: sampai jam? ya nanti tak ke sana...
17:15 18 Sep - fasihradiana: Sampai jam 7 kayaknya
17:17 18 Sep - Mas BEM: Ok

Entah bagaimana bisa bertepatan dengan temanku yang baru saja meminta ditemani ke pameran komputer di Jogja Expo Center, tapi yang jelas beberapa detik setelahnya lelaki yang aku lupa wajahnya itu mengirim pesan di whatsapp, "Hari terakhir pameran, ada yang mau ke sana?" Dari kalimatnya, siapapun tahu itu pesan broadcast, bukan yang hanya ditujukan untukku. Tapi pada akhirnya, akulah yang membantu mahasiswa tingkat akhir yang sedang melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta itu, begitu kan?

18:30 18 Sep - Mas BEM: di sebelah mana?
18:34 18 Sep - Mas BEM: dek
18:34 18 Sep - fasihradiana: Di deket TV mas.

"Loh, kamu kok bisa kenal sama Mas itu?" Tanya Mbak Novi, kakak kelasku di sekolah. Yang kini jadi kakak tingkat satu fakultas, tetapi di jurusan yang berbeda.
"Pemandu SDP-ku, Mbak." Jawabku singkat.
"Hati-hati, loh...." Perempuan berkacamata itu membuatku penasaran, what's wrong? "Kenapa?" Aku ingin tahu.
"Mas itu lagi deket sama dua temen kelasku sekaligus. Tapi dua-duanya di PHP," jelasnya.
"Oh, jadi dia Pemberi Harapan Palsu, to?" aku terkikih, "santai aja, Mbak. Cuma sebatas pemandu dan anak buah, nggak akan lebih. Nggak doyan, hahahaha," lanjutku.

Jangan pikir aku awam menyoal kaum adam. Aku hapal betul tabiat berbagai macam jenis pria. Dan tak terbesit meski sedetik, untuk menengok barang sebentar siapa dia.

alamat TUMBLR ganti, www.fasihrdn.tumblr.com
Aku bukan mereka yang bisa kauambil begitu saja perasaannya. Hatiku tak selembut mereka untuk berpikir lebih keras ketimbang logika. Meski kamu tak bermaksud menjejaliku dengan berbagai macam modus anak muda, aku tetap mesti waspada. Jangan sampai pertahanan yang kususun begitu rapi selama ini hancur dengan mudah di tangan lelaki yang bisa menyakitiku kapan saja.

----------------------------------------------------------------------------

17:04 20 Sep - Mas BEM: Assalamualaikum, bagaimana aktivitas hari ini?
17:09 20 Sep - fasihradiana: Waalaikumsalam. Alhamdulillah, capek.
17:25 20 Sep - Mas BEM: semangat buat yang mau makrab.
17:26 20 Sep - fasihradiana: wooo aku nggak ikut makrab
17:43 20 Sep - Mas BEM: loh, kenapa dek?

Kenapa? Karena ada acara penting yang harus kuhadiri hari itu juga. Aku tersenyum. Sudah paham mengapa bisa lelaki itu banyak menelan korban PHP. Oh, atau lebih bijaknya kusebut banyak wanita yang merasa diberi harapan palsu olehnya. Denganku yang baru tiga hari mengenal saja, sudah mulai intensif berkomunikasi meski hanya lewat media handphone. Apalagi yang sudah cukup lama mengenalnya. Untungnya aku lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) yang notabene muridnya adalah laki-laki. Sudah kenyang dengan hal-hal semacam ini.

Halo, para pria. Kuberi sedikit pemahaman menyoal hati wanita. Ia begitu rapuh dengan rayu. Ia akan jatuh karena waktu. Ia bisa luruh hanya sebab merasa nyaman dengan bicaramu. Iya, cukup dengan menaklukan pendengarannya, wanita bisa dengan mudah diluluhkan seluruhnya.

Halo, kaumku, para wanita yang begitu peka pada rasa. Kuberi sedikit penjelasan perkara watak pria. Jangan kira kebaikannya teruntukmu saja. Jangan pikir perhatiannya melibatkan rasa. Jangan salah meletakkan hati. Baik-baiklah menempatkan posisi atau kau akan merasa disakiti.

alamat TUMBLR ganti, www.fasihrdn.tumblr.com
18:27 22 Sep - fasihradiana: Mas, muncak enak pakai sepatu atau sendal gunung to?
19:13 22 Sep - Mas BEM: sendal gunung dek... tapi kalau km punyanya sepatu gunung dipake saja
19:19 22 Sep - fasihradiana: nggak punya dua-duanya
19:21 22 Sep - Mas BEM: ya pakai punya saya gapapa dek... pasti kebesaran.
19:23 22 Sep - fasihradiana: ya dikecilin
19:24 22 Sep - Mas BEM: sebentar, memang adek mau?
19:24 22 Sep - fasihradiana: heeee ya mana bisa dikecilin? Adekmu nambah satu to mas.
19:26 22 Sep - Mas BEM: bisa, kan ada talinya... em... nggak tahu Fasih... maaf
19:27 22 Sep - fasihradiana: hmmm, alas sandalnya kan gede to, Mas. Maaf apa ini?
19:28 22 Sep - Mas BEM: Kan talinya kuat... gapapa Fasih :)
19:28 22 Sep - fasihradiana: ya besok bawa, tak coba, haha.
19:29 22 Sep - Mas BEM: Ok, ya maaf kalau saya salah manggil dek ke kamu, Fasih....

Salah? Bagian mana yang salah? Bukankah aku memang lebih muda? Sangat wajar jika dipanggil "Dek". Kecuali kuterjemahkan dalam arti yang berbeda. Dan aku merasa begitu beruntung, menjadi wanita yang lebih rasional ketimbang wanita pada umumnya. Aku tak begitu khawatir bila ada pria yang barangkali tak berniat mengganggu, tetapi ternyata tetap saja mengusik kalbu.

-----------------------------------------------------------------------------

September bukan jadi waktu pilihanku untuk menemukanmu, lalu ditemukan olehmu. Ingatkah bagian itu?
September 2013
September jadi saksi. Siapalah aku ini, tak berdaya jika Tuhan menginginkan aku mati di genggamnya dalam jemari. Seangkuh apa seorang wanita menutup diri, ia tetap akan membuka juga borgol tanpa kunci. September jadi pintu. Aku memasuki wilayahku sendiri. Terduduk setelah berlari dari risiko jatuh hati. Lalu September jadi ruang tunggu. Sanggupkah aku mengikhlaskan masamu yang lalu. Berkenalan kembali denganmu yang baru. September jadi era yang paling baik untuk merindu. Dan September kali ini adalah angka satu yang menggenapi 365 hariku, berlalu melecuti waktu untuk sampai pada haru.

Siapa yang tahu, masih ada aku di dekapmu. Masih ada kamu di ujung mataku. Jadi, kaulah awal dari segala. Kubilang, segala. Sebab luka dan cinta bermula darimu, September.




17 September 2014~Meski nyatanya tak segalanya beriringan dengan sempurna, tapi sampai saat ini masih bisa kau dan aku temui: Kita.







0 komentar:

Post a Comment