Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Sunday, December 18, 2011

Kawan atau Lawan, Senyumku Tetap Bertahan


Dan berulang kali aku sakit. Berulang kali aku tersungkur. Aku bilang berulang kali, lebih dari jatuh. Hebatnya, kaki ku di mutilasi dia. Kamu. Yang jiwanya selalu ku jaga utuh jangan sampai sakit hati. Iya, dia. Dan kenapa dia itu kamu. KENAPA? sesak di dadaku mengapa mesti kamu yang menahannya lebih lama. Ya, kamu yang selalu ku jaga senyumnya, yang pasti ku jaga sampai ke raga. Mengapa mesti kamu.

Masih tertegun lebih dari kecewa. Aku, hanya jantungku yang bisa merasakan degup paling keras. Berdetak melawan sakit yang merasuk kian dalam. Sakit hati yang meradang dan kamu tau? Kamu perlu tau, sahabatmu ini, saudaramu ini tak mungkin sanggup membiarkan setitikpun celah untuk membencimu. Sekejam tikaman di rusukku hingga keram, takkan mampu mengubah rasa sayang yang melekat lebih dalam. Aku tau kamu juga tau itu. Sayang, kamu membiarkan apa yang kamu tau itu menjadi hal yang paling tabu. 

Sehebat kamu menghabiskan dayaku, aku tetap seperti ini. Melepaskan senyum yang sama seperti biasa, di dekatmu. Masih menggenggam erat jemarimu, masih merangkulmu hangat. YA, Sekuat kau berusaha memecah tangisku hingga bibirku makin kelu, aku tak mungkin sanggup berlalu dari hatimu. Masih tetap tergelak bersama candamu. Aku tau, selemah itu karena aku mencintai sahabatku lebih dari hargaku. Lebih dari mimpi-mimpiku.

Sekecil serpihan kaca yang tepat kamu goreskan di dinding lambungku, aku tetap, masih saja akan merengkuhmu saat airmatamu jatuh tak bertahan di sarangnya. Tak perlu sepasang matamu itu tau, di dalamnya, seperdelapan detik kedipan mataku ini, menahan setetes darah yang meluka dengan airmata. Aku paham. Airmata bagiku hanya serupa ego yang wajib aku sendatkan sendiri. Cukup aku saja yang merasa, cukup aku sendiri yang paham sebegitu rapuh tepian di dadaku. Menyesak pun tak perlu ada yang tau. Cukup aku, tanpa kamu.

Sekali lagi, kamu salah kalau terus menyimpan parang di punggungmu, yang setiap saat kau cabik lewat senyumku. Kamu salah kalau berharap aku tak tahu. Tentu saja aku sudah lama tau itu. 

Aku ini menghela nafas di dekatmu, tentu selembut kamu menusukkan jarum lewat sela sumsumku, aku bisa merasakan lukanya menganga perlahan. Sepersekian detik setiap hari. Dan kamu harus tau, suatu saat kamu pasti paham. Sakitku ini, sakit yang kau ciptakan di belakangku ini, tak kan berhasil menyemat rasa benci di jantungku. Atau aku tak akan melepasmu sendiri. Aku janji itu. Aku selalu ada untuk airmatamu. Ya, aku janji.



2 komentar:

Anonymous said...

qu suka qu suka...

Fasih Radiana said...

thankyou :)

Post a Comment