Titiknya jadi rancu, ambigu yang tampak nyata kini sudah jadi jelas rupanya. Aroma melati samar-samar pudar berubah jadi wangi mawar yang menusuk, durinya tajam merajang. Yang palsu itu memang faktanya, I'm trying to understanding(?) Bahasa inggris yang sedikit bubar, sama serupa pikiran yang buyar. Ambyar. Pyar! Piringku pecah berserak di sela serak, tenggorokanku makin tak punya suara.
Kadung yang sakit itu merasuk, menyelip lewat rusuk. Aku tersenyum. Nyengir, meringis menahan tangis yang mengiris. Tidak, bukan. Ini semacam sakit yang ku buat sendiri, salahku? Mungkin saja benar begitu. Gaduh aku, seluruhnya menyuruh mataku lebih cepat terpejam, dua kali lebih cepat dari jarum jam biasanya. Bukannya memang lebih baik terlelap dalam mimpi? Aku bisa menulis ceritaku sendiri, seperti mauku, terserah jemariku mau bergerak menyentuh abjad di ujung yang mana. Terserah apa kataku, terserah aku.
Bukan yang seperti ini, yang tak sejalur laju pikiranku. Yang tak tersentuh bualanku tempo hari. Ah, Kemana perginya Tuhan? Apa tak mendengar juga aku merintih perih. Meluka dengan rupa berpeluh melas. Apa antrian doanya terlalu jauh dari rengkuhanku? Ada di urutan ke berapa? Bukannya sudah sangat lama aku menunggu dengan sabar, dan masih menanti penuh harap. Kapan Tuhan? Mengapa seakan justru tak ada tepiannya? Harus dengan cara apa lagi, aku sungguh mulai merasa tak sanggup.
Where is shortcut to God? |
Ini benar suhu di bawah nol derajat, panas dingin jadi meriang. Di mana jalan pintas menuju Tuhan? Yang cepat beraturan, aku tak bisa lagi menunggu lebih dari ini, Tuhan. Jangan beri lagi aku waktu untuk lebih lama bertahan dengan kepura-puraan, kebohongan atau sandiwara ku sudah terlalu mahir. Sudah pada level tak berbatas.
Ini sujudku dalam doa, dan aku benar meminta. Aku juga ingin menyentuh dalamnya senyuman yang tenang, yang sungguhan :)
My Hearty smile:) |
23:23~14.11.11
0 komentar:
Post a Comment