pelangiku menepi tinggal sendiri
|
Meringis menahan tangis:') |
Ada lubang besar, tepat di rongga dada. Makin menyesak sulit mengatur desahannya, jadi berat menghela. Lagi. Aku mencoba memanipulasi situasi, bagaimana caranya setiap kedipan mata harus melihatku bahagia. Aku makin yakin, kalau aku bisa melakukannya. Sendiri?Ya, tanpa siapapun termasuk kamu.
Dengus nafas panjang, lagi. Meluka saja terus jangan berhenti. Aku mulai muak dengan sensasi. Kamu tau?Aku bosan berkutat pada obaligat setan, yang terbahak menyeruak. Bersekutu dengan iblis, merajang habis sampai senyum makin tipis.
Aku bukan dia, yang mulutnya bijak sempurna, bukan. Bukan yang suka berpura-pura, tak searoma perempuan polos yang tawa nya menyudut di sana. Menyilangkan fakta, mengisi hampa dengan rayu dusta. Aku bukan kamu, yang minta dikasihani. Melemahkan hati demi jati diri. Kalau palsu lebih baik bunuh diri!
Ini sandiwara di kala senja. Percayalah, bukan tangisku yang nyata meluncurkan duka tersayat. Tapi hanya tawaku saja yang sedikit tersendat.
Dan aku ingin ini yang terakhir kali, jangan tunggu aku jadi benar-benar membenci. Sungguh, kalau memang mesti sendiri, ya lebih baik begini.
20-11 2011~Sunyi Dalam Sepi (@fasihrdn) on twitter
0 komentar:
Post a Comment