Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Sunday, November 20, 2011

Lebih Baik Sendiri

pelangiku menepi tinggal sendiri
Malamku makin sunyi saja, pelangi tak tampak sempurna melingkari tepi langit. Dan warna jingganya tak semegah senja pada sore-sore yang lalu. Sudah, aku sudah mencoba merangkai puzzle-puzzle yang berserak di mana-mana. Mataku sampai juling tak mampu lagi menata cahaya yang jatuh di retina. Iris tampak layu di kelopak mata, sendu seperti pilu bertalu. Haru yang rancu jadi candu, aku malu. Aku tak mau siapapun tau.

   
Meringis menahan tangis:')
Ada lubang besar, tepat di rongga dada. Makin menyesak sulit mengatur desahannya, jadi berat menghela. Lagi. Aku mencoba memanipulasi situasi, bagaimana caranya setiap kedipan mata harus melihatku bahagia. Aku makin yakin, kalau aku bisa melakukannya. Sendiri?Ya, tanpa siapapun termasuk kamu.

Dengus nafas panjang, lagi. Meluka saja terus jangan berhenti. Aku mulai muak dengan sensasi. Kamu tau?Aku bosan berkutat pada obaligat setan, yang terbahak menyeruak. Bersekutu dengan iblis, merajang habis sampai senyum makin tipis. 

Aku bukan dia, yang mulutnya bijak sempurna, bukan. Bukan yang suka berpura-pura, tak searoma perempuan polos yang tawa nya menyudut di sana. Menyilangkan fakta, mengisi hampa dengan rayu dusta. Aku bukan kamu, yang minta dikasihani. Melemahkan hati demi jati diri. Kalau palsu lebih baik bunuh diri! 

Ini sandiwara di kala senja. Percayalah, bukan tangisku yang nyata meluncurkan duka tersayat. Tapi hanya tawaku saja yang sedikit tersendat.

Dan aku ingin ini yang terakhir kali, jangan tunggu aku jadi benar-benar membenci. Sungguh, kalau memang mesti sendiri, ya lebih baik begini.


20-11 2011~Sunyi Dalam Sepi (@fasihrdn) on twitter

0 komentar:

Post a Comment