Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Sunday, April 3, 2011

Satu Lagi Tentang Hati


**Satu lagi. Setetes airmata. Kenapa? Bukannya tak seharusnya aku merasa dikhianati. Harusnya aku tau siapa kamu, juga aku. Kenapa mesti galau? Kenapa juga mesti terluka. Masih juga bisa kamu menjulurkan dusta. Ada yang kamu tidak ketahui, tentang aku yang tau sesuatu. Meski kecil, tapi cukup kuat rasanya untuk bisa dibilang alasan. Alasan yang hebat untuk sakit, meski tak semestinnya begitu. Aku sendiri juga heran, bahkan jemari kami nyaris belum pernah bertemu, atau mata kami yang jarang beradu. Tapi berbeda dengan rasa itu. Itu bukan perasaan, aku harap bukan. Hanya prasangka buruk yang selalu saja bergelayut bergantian di dinding hati. Aku ingin berhenti. Hentikan permainan ini. Atau ternyata memang mulai muak, bosan sekali. Tapi kenapa susah mematikan semua.

**Aku takut. Meneteskan sedikit lagi airmata aku benci. Aku benci. Aku tau. Kenapa harus tau. Mengapa mesti mengenalmu dengan cara sesulit ini. Ini terlalu sakit dan terkadang aku ingin menyudahi semua, jujur saja aku tak sanggup. Karna sesekali aku terjatuh. Dan saat itu juga tak mampu untuk bangkit. Kamu takkan paham meski berulang kali ku jelaskan rasanya, tidak mungkin. Takkan pernah.  Karna kau memang tak ingin paham. Aku tau apa yang terselip membuat sedikit  benang di otakku mendidih, panas. Nanar. Lagi dan terus saja meluka. Meski tak tau karna apa.  Dan seperti syair lagu itu, yang sering bersanding di telingaku, aku bersumpah takan ada lagi airmata. Tak tersisa. Sunyi senyap. Aku biarkan pecah sendiri-sendiri, biar tuntas. Aku ingin bebas, lepas. Sampai puas, SAMPAI PUAS! Terbahak tanpa ada yang tau sehebat apa sakitnya. Juga kamu, yang masih saja tersenyum di sudut sana, tanpa pernah tau apa artinya.





28Maret2011


0 komentar:

Post a Comment