Dan maaf, aku masih menyimpan senyummu di sudut sisa kekuatanku.
Tuhan, bantu aku membencinya, mengapa begitu sulit menerapkan teori patah hati jadi benci? Apa hebatnya dia, Tuhan? Apa bagusnya? Bahkan kerap kali mengubah senyumku menjadi titik-titik airmata. Mengapa mesti peduli pada lebam di dadanya? Mengapa masih juga menyiapkan telinga, mendengar ceritanya? Cerita sakit di hatinya, karna cinta. Cinta baru yang membuatku terluka, dulu. Yang menyilangkan aturan main tentang cinta. Mengapa mesti aku yang masih berada di sekitar pilu di rusuknya, mengapa aku juga yang mengajarinya tersenyum?
Berulang kali aku memohon pada Tuhan, hilangkan. Jauhkan aku dari siluetmu, karena airmataku sudah lelah meluncur. Sudah enggan menyerukan kata galau. Aku lelah mencoba melupa, mencoba apa yang tetap jadi percuma.
Kali ini saja Tuhan, tolong aku.
110212
1 komentar:
yuk liat yuk..
http://auah-gelap.blogspot.com
Post a Comment