Malam ini, mataku tak lagi sanggup menyeka tangis di ujung sengal nafas yang tersisa. Beban berat itu belum hilang, justru sperti tambah menyesak di dada. Marah, kecewa, sedih, putus asa, mengubah risauku jadi sesenggukan. Meluncurkan lagi tetesan yang meruncing, ya, airmata yang tak kenal bosan menenangkan amarah. Hanya itu cara yang tersisa, hanya dengan menangis saja.
Batinku tercekat, hanya tak menduga akan jadi serumit ini. Pikiranku kalut, makin rancu rasanya. Bingung mau menyelesaikan urusan dari arah sebelah mana dulu. Semua menjerat langkahku, membuyarkan konsentrasi hidup dalam tawa. Ini keterlaluan, pikirku. Yang terbesit dalam benak hanya.....mengapa Tuhan begitu dermawan? Dengan semua masalah yang beruntun datang tanpa tepian. Aku mulai kehilangan kesabaran. Maaf, Tuhan tolong maafkan aku.
Sudah dua kali kalimatmu, membuat perasaanku jadi ikut ambigu. membuat lelahku bersandar terpejam. Hening yang sebentar membuatku tenang. Lagi-lagi kalimatmu.
peluk aku sedetik saja |
071111
0 komentar:
Post a Comment