Dan dari sekian panjang kalimatmu, aku hanya terantai pada satu kalimatmu, yang mengganggu benakku. Kamu bilang akhiri jika ini menyakitiku, sebelum rasa sayang itu berubah menjadi lebih serius. Aku diam.
Batinku teriris ingin menggugah tubuhmu, membuka matamu yang masih memandang rumput kering kemuning di sudut 180 derajat darimu. KAMU SALAH. Aku terlanjur jatuh jauh lebih merusuk. Sudah kadung menjadikan "kamu" bagian dari tulang rusukku. Lalu? Semudah itu kau buang, kau acuhkan?
Menahan setiap ujung amarahku, dengan meluruhkan sebagian dari egoku. Semua itu melelehkan airmata, selalu begitu. Karena harga ku tinggi melambung, seperti yang mereka bilang, terlalu tinggi memuncak. Harga yang kamu tawar, menyakitkan, menggigit sampai sakit makin melilit. Aku seperti penjual di pasar, mengiyakan tawaran pembeli, tentu saja separuh harga asli. Terpaksa karna merasa butuh itu menyesakkan.
Selagi kamu menjelaskan apa yang sebenarnya tak ingin ku dengar, aku tetap hanya berkutat pada seikat kalimatmu, yang itu, yang membuatku tercenung jadi bisu.
Bodoh, entah kamu yang pura-pura atau aku yang terlalu cepat merubah perasaanku. Tapi yang aku tau, semua kini lebih dari yang kamu tau.
"Aku menyimpan perasaan lebih dari yang aku perlihatkan di depanmu."
Gengsiku ini melawan kodrat, aku benci mengakui apa yang membuatku jatuh. Aku diam, berharap sinyal ku sampai secepatnya ke sela hatimu. Make your heart feel same as with me, hope you know what I mean. Lewat mataku yang selalu menolak bertemu pandang sejurus dengan matamu, aku takut kamu menemukannya duluan, membaca perasaanku yang makin dalam. Aku tidak suka itu.
Dan berakhir pada percayaku yang hancur karna dustamu, meski kecil, tapi yang kecil itu menelusup ke sela jantungku. Iramanya jadi lelah. Aku nyaris kehilangan daya, karena mencintaimu begitu sulit membuatku jadi mandiri, cause I need you more and more.
0:34 30/09/2011
0 komentar:
Post a Comment