Malam ini jadi saksi. Dan senyumku jadi bukti. Gigiku gemeretak menggigil tertusuk angin, dingin. Benar, ini malam paling dingin sepanjang musim. Sampai sakit menusuk rusuk, ah pusing juga jadinya. Entah. Bahagiaku bersanding dengan airmata. Miris.
Paranoid memang kata paling tepat menggambarkan rasa raguku, yang masih melekat erat di benak. Shit! Umpatku dalam hati. Kenapa pikiran itu terus saja berlarian di otakku. Jujur saja, itu membuat dadaku kian nyeri. Aku sayang dia, Tuhan. Ya, setiap aku meyakinkan hati, tentang semua yang telah berlalu darinya, semuanya justru membuntutiku. Damn!
Ini curhatan paling menyakitkan yang pernah ku urai. Tapi sungguh, aku benar sayang dia. Benar-benar sayang dia. Tuhan, aku butuh lebih banyak lagi bukti. Tentang yang disebut rasa cinta. Karna permainanku berakhir detik itu, dulu sudah lama sekali, aku janji.
11.45WIB
0 komentar:
Post a Comment