**Terkadang apa yang tak ingin kamu lakukan justru menjadi yang tak bisa kamu kendalikan. Kalimat ini lagi.
**Dan sesuatu yang menyakitkan itu bersembunyi di balik keangkuhan. Bukan, lebih tepatnya kemunafikan alam. Iya, hukum rimba yang memaksa semua berjalan untuk memainkan alur, mungkin justru mempermainkan jalur laju langkah kaki.
**Kenapa bilang aku senang? Siapa tau aku tenang, tidak. Tak semerekah yang terpajang di bibirku. Aku galau. Kacau Balau. Selalu saja begitu. Benar, tak Nampak berserakan serpihannya. Tapi sedikit kosong saja tepiannya.
**Labil. Itu kan kata yang tepat? Iya. Harusnya sih begitu. Harusnya kamu tau, tapi sepertinya tidak. Kamu hanya bisa mencaci. Semua, apalagi tentang tadi. Padahal aku hanya butuh kamu, coba saja jadi lampu emergency. Kalau-kalau sebagian organ tubuhku mati. Senyap. Hilang dan entahlah. Tak tau kemana perginya.
**Lalu apa yang mesti aku lakukan? Apa juga yang harus aku ucapkan? Aku bingung, kamu juga. Apalagi dia. Lalu bagaimana ini? Bagaimana? Ayo beri tau aku harus berbuat apa. Sakit. Hanya itu lagi.
25Maret2011
0 komentar:
Post a Comment