Kamu pikir aku ini wanita macam apa? Ingat ya, aku bukan kamu. Apa belum cukup jelas? Mungkin perlu sekali lagi. AKU TAK SERUPA KAMU! Kamu tau, aku benci. Semua, lidahmu apalagi. Siapa yang peduli tingkahmu? Sudah bukan lagi urusanku. Bukan. Tidak seperti keadaan waktu itu, dulu. Waktu yang ku anggap tak pernah beradu. Dan ku kunci rapat-rapat mulutku, telingaku. Aku bungkam, dan pura-pura buta. Harus. Itu yang tersirat dari wajahmu, saat itu. Apa kamu juga peduli? Tentu saja tidak!
Kamu perlu tau, aku tertekan. Waktu harus tetap tersenyum mendengar ceritamu, yang terlihat sangat kau banggakan. Sungguh, aku berusaha untuk matikan semua ingatanku. Diam. HEY, AKU DIAM SAJA. Diam dalam waktu yang sangat lama, harusnya kamu ingat, semua itu masih berlaku sampai detik ini. Sampai semua terlanjur kaku di benakku. Cukup aku yang tau rahasiamu, aku diam. Harusnya kau paham. Sedikit saja, aku mohon. Kalau masih juga tak bisa atau tak mau, boleh saja. Tapi cukup tutup saja mulutmu. Jangan pernah lagi berkutik. Jangan membuatku jadi gerah, aku mohon. Atau perlu bersujud di kakimu? Atau apa? katakan saja, kalau itu bisa membuatku punya celah untuk tenang. Harusnya kita punya hubungan timbal balik, etikanya yang saling menguntungkan. Semestinya begitu, iya kan? Atau masih juga kamu tak paham.
Ah sudahlah, perlu kau ingat saja, mataku tak selalu yang ada di depan. Dan terkadang aku ingin sendirian, untuk suatu hal, apapun itu. Ku mohon jangan mengacaukannya, aku, sebentar saja, jangan menggangguku.
09.03.11
3 komentar:
hahaha..marmut merah jambu
puitis yaaa kamu...
haih maatih:)
Post a Comment