![]() |
www.fasihrdn.tumblr.com | tweet me @fasihrdn |
Rasa-rasanya rasa tak lagi terasa. Tinggal asa yang dipaksa bergelantungan tinggi-tinggi agar lengan tak bisa memecah rencana. Membelah harap yang diusung sejak lama. Tahukah kau bahwa dalam dada debar begitu kencang saling tikam angan dengan silam. Begitu sesaknya tak bisa kucapai meski dengan tengadah berlama-lama. Sebab hujan yang basah adalah perangaimu, begitu dibilang kosokbalen dari daun gugur di musim kemarauku.
Kita adalah dua yang terlampau beda dari ujung kaki sampai kepala.
Bukan telak karenanya, tapi fatalmu yang terlalu berisik mengobrak-abrik sahaja. Tahunan dua dinding saling tikai, baku hantam dalam diam-diam menyusun dendam. Aku yang tak betah berlama-lama tanpa damai pula tak mampu memasung luka. Ruam-ruam bekas angka dua telah menjalari bahagia, merobek-robek cita-cita. Kau pun tak sanggup jadi benang jahit pasca operasi sesar. Apalagi ia, anggak-agul, angkuh kali padahal sudah jelas jadi tersangka. Bila saja melupa tak sesulit si buntung meraih bintang, sudah pejam segala dari ingatan.
Kau.
Dia.
Dirinya.
Semula kukira, melupa luka tak harus dengan cara membenci kenangan. Tapi ternyata, kita mesti siap jadi prajurit di garis paling depan. Melawan apapun yang menghambat masa depan.
0 komentar:
Post a Comment