Aku hanya bisa meminta ampun pada Tuhan, sebab rindu masih juga berbisik mengganggu. Aku hanya sanggup menjaganya dengan doa.
Andai bisa, surat ini kulipat dan kujadikan pesawat-pesawatan lalu kuterbangkan bersama hembus angin yang entah bermuara ke mana. Biar tak lagi mengendap di dadaku. Atau kubungkus dengan koran, biar jadi bacaan setiap mata. Boleh juga, kumasukkan dalam karung, biar hancur tertusuk-tusuk tajamnya abu gunung kelud yang menghujani Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Apa lagi kiranya yang bisa kuperbuat kalau rindu masih juga kerap datang menyita hati....
Kau pun tahu, diam-diam doaku menjalar tak henti, terus jadi nyanyian sampai kutahu ada yang doanya lebih merdu dariku.
Dua surat dalam dua rindu yang menjadi satu,
Fasih Radiana
0 komentar:
Post a Comment