4:45 Pm 06/01/12
Siapa yang suka hari seperti ini? Aku benci setengah mati.
Aku lelah Tuhan memberiku pilihan untuk selalu pasrah. Aku geram, aku marah! Tahu kah? Airmataku ini bagian terdalam dari amarah, tahu kah?
Siapa yang suka hari seperti ini? Aku benci setengah mati.
Aku lelah Tuhan memberiku pilihan untuk selalu pasrah. Aku geram, aku marah! Tahu kah? Airmataku ini bagian terdalam dari amarah, tahu kah?
Aku benci kamu, aku benci mereka.
Yang tak tahu apa-apa tapi kerap menilai sesuka air liurnya. Aku menangis kamu bilang sensitif. Aku menangis, katamu aku lemah. Aku menangis kamu bilang lagi cengeng. Aku menangis, mereka bilang hidupku terlalu"mellow".
Yang selalu menghina, menyeka airmataku dengan cacian sesuka air liurnya. Aku menangis kamu terbahak menghina. Bagimu tak punya daya, kasihan. Aku menangis kamu makin hebat memaki, katamu airmataku menjijikkan. Aku menangis mereka bilang hatiku terlalu rapuh.
Kamu pikir aku suka menangis? Menyedihkan.
Hidup di lingkar airmata itu menyakitkan! Tapi bukannya airmata juga airmataku? Lalu apa masalahnya? Toh, kamu juga ambil alih menoreh luka di sudut-sudutnya.
Yang tak tahu apa-apa tapi kerap menilai sesuka air liurnya. Aku menangis kamu bilang sensitif. Aku menangis, katamu aku lemah. Aku menangis kamu bilang lagi cengeng. Aku menangis, mereka bilang hidupku terlalu
Yang selalu menghina, menyeka airmataku dengan cacian sesuka air liurnya. Aku menangis kamu terbahak menghina. Bagimu tak punya daya, kasihan. Aku menangis kamu makin hebat memaki, katamu airmataku menjijikkan. Aku menangis mereka bilang hatiku terlalu rapuh.
Kamu pikir aku suka menangis? Menyedihkan.
Hidup di lingkar airmata itu menyakitkan! Tapi bukannya airmata juga airmataku? Lalu apa masalahnya? Toh, kamu juga ambil alih menoreh luka di sudut-sudutnya.
Siapa kamu yang mengaku temanku? Yakin kamu itu temanku? Yakin begitu?
Aku tertawa kamu bilang berlebihan. Aku berteriak kamu kebisingan, aku diam kamu menyalahkan. Miris sekali berjalan diantara hujatan manusia tak bertanggungjawab sepertimu. Mereka pikir aku ini minta apa? Cinta? Sayang? Perhatian? Kasihan? Sebegitu hinanya kah pikiranmu? Sebegitu rendah, kamu anggap aku ini apa? Bahkan hargaku jauh lebih tinggi dari yang kamu tawar di hadapanku!
Kalau boleh aku mengumpat, sekali lagi aku bilang,
Persetan apa katamu setelah ini, aku memang begini. Aku punya batasan, aku bukan yang tak akan mengatakannya. Biarkan sekali-sekali aku menjadi yang paling liar. Terserah mau bilang apa, aku jadi begini juga sebab kamu yang melakukannya.
Kalau saja bunuh diri bukan yang dibenci Tuhan, sudah terkapar aku mematikan diri.
Kalau begini lebih baik aku hilang ingatan. Sebab aku takut membencimu. Mereka yang katanya sayang, lebih baik tak lagi terbayang. Kalau begini biar sekalian saja aku jadi yang paling hina, biar sama seperti apa katamu tempo hari. Biar puas!
Jadi ini pesan terkahirku, "Berhati-hatilah pada yang mengaku kawanmu. Bisa saja di balik punggungmu menjadi yang paling hebat menusukmu."
0 komentar:
Post a Comment