Hari ini jadi titik paksa, seperti ujian praktek olahraga, mau atau tidak, aku harus melompat setinggi-tingginya, jauh melayang sebelum akhirnya jatuh lagi dengan posisi sempurna. Itu cara mendapat nilai terbaik sepanjang zaman.
Jujur saja, aku takut melangkah sendirian, aku butuh Tuhan. Hari ini aku hanya ingin diam, waktunya menyepi benah diri. Mataku lebih sendu hari ini, berharap bukan benar-benar tanggal 25. Belum siap mengurai langkah ke depan. Aku masih tertunduk melepas airmata, yang terus saja berjatuhan gugur dari sangkarnya.
Aku tidak mau apa-apa. Hanya mau Tuhan saja, bukan yang lain. Seperti kembali jadi balita, aku ingin Tuhan mengajariku berdiri. Melangkah satu garis selagu model professional berjalan di sepanjang karpet merah.
Kantung mataku lebih tebal hari ini, tak tampak seperti biasanya. Sekali lagi aku masih takut, Tuhaaaaan. Karena entah harus dengan caraseperti apa lagi membunyikan gema derap langkah setelah hari ini.
251011
0 komentar:
Post a Comment