Aku memilih membelokkan mataku ke dalam relungmu. Di situ hatiku tersemat kuat tak tau adat. Cintamu hebat menerkam jantung ku. Aku diam terpikat, seikat senyumku mati gandrung. Aku bilang ini berbeda. Ah, muncul lagi kata itu. Yang aku benci, yang menyiksa pikiranku. Tapi sungguh aku ingin dunia menyatukan kami dengan ramah. Sederhana saja, karena cinta itu kadung menyebarkan virusnya di aliran darahku. Seperti virus HIV, makin lama jadi AIDS. Bedanya ini perasaan yang sedikit meluka. Entah. Tapi aku mulai tak peduli apa kata mereka, banyak orang tak suka....aku tetap suka.
Aku masih mengudara bersanding di dekapnya, aku tau ini sulit. Tapi aku percaya, niat kecil yang berbisik lewat hatiku ini nyata tulusnya. Aku tenang di rengkuhmu, apa salahnya? Walaupun kadang aku berpikir mengapa mesti ada lima hal yang berbeda di sini, dan banyak yang tak sama di dunia padahal kami menyebut itu satu, sama. Sungguh aku ingin membarengi langkahmu. Setiap hari.
Aku kuat meski atmosfer makin panas, aku hebat kalau bergandengan dengan senyummu. Di dada hening melihat sorot matamu, aku tau. Aku tau ini langkahku. Ego karena mencintaimu itu bukan hal yang salah kan? Aku yakin semua yang merasakan bilang tidak. Bukan.
Aku percaya kami tetap bersama meski menyebut nama Tuhan dengan cara yang berbeda.
Karena Yang Maha Sempurna itu mengelokkan yang agung. Dan CINTA itu diagungkan semua manusia.
Meski yang sekeping beradu padu itu menyebar ke dua dunia, aku tau ada jalannya. Karena setiap cinta itu punya ceritanya sendiri.
Kamu mesti percaya, karena aku pun percaya:)
0 komentar:
Post a Comment