Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Sunday, April 17, 2011

Aku Belum Benar Mengerti Siapa Dia~Yang Mengaku Mencintaiku

Aku lupa tepatnya kapan pertama kali dia-ingin jauh lebih mengenalku-seperti yang lelaki itu bilang, "aku cuma pengen jadi temenmu". Aku pun tak bisa mengingat kapan tiba-tiba aku mersa dia termasuk salah satu bagian dari sesuatu yang penting.

Coba, aku ingin menguak waktu-waktu yang super singkat itu.....


Seingatku, hari itu hari Rabu, sahabatku bilang ada temannya yang meminta nomer hapeku. Waktu itu-jujur saja-aku muntab, saking seringnya ada yang meminta hal yang sama padaku. Jadi, karna tak ingin seorangpun menganggap aku terlalu angkuh, jawabanku hanya, "Hm, siapa? yang mana orangnya?"

Jum,at, istirahat ke-2 aku turun, seperti biasa ada jadwal mentoring, tiba-tiba sahabatku berbisik sembari melirik,
"Itu, itu yang minta nomermu". Sungguh aku masih bisa meraba saat itu, ya, waktu itu jari telunjuk sahabatku menuju ke arah yang berbeda dengan sepasang mataku. Aku sadar, setengah hidup, mengabaikan jemari lentik sahabat di sampingku itu, entahlah aku juga lupa siapa yang menarik kedua bola mataku saat itu. Yang jelas, bukan lelaki itu.......

Akhirnya tak pernah terjadi-tentang pemberian nomer itu-tapi entah kapan tepatnya, satu massage datang tak lama setelah aku mengabaikan jari telunjuk sahabatku itu. Benar, lelaki itu. Tapi sahabatku tak pernah memberikannya, sungguh aku percaya dia jauh melebihi diriku sendiri. Lalu? dari mana? Bodo amat, pikirku.
Siapa dia, sungguh aku tak peduli, bahkan tak ada niat untuk peduli. Toh pikirku, tak akan menjadi sesuatu yang membuatku untung ataupun rugi. jadi, whatever lah, who cares siapa dia, mau apa. 

Lelaki itu, waktu itu, aku ingat sekarang, aku hanya bisa mengingat seperdelapan dari senyumnya. Nyaris hilang. Iya, karna jum'at waktu itu, aku hanya melirik ragu-ragu, itupun hanya sepersekian detik. Jelas, tak mungkin jelas terlihat.

Sungguh, malam ini menjadi malam paling dingin seantero jagad, tak tahan rasanya merasakan suhu sedingin kali ini. Aku memang benar-benar lupa urut-urutan kronologi kisahnya. Yang jelas, entah bagaimana, saat-saat itu aku pernah berbisik iseng dalam hati, "Ih, ini cowok PD banget deh sumpah ya", sok ganteng sambungku.

Sebaiknya, langsung menuju hari Sabtu, waktu itu, sepulang dari kemah besar di Paliyan-Gunung Kidul. Di bumi perkemahan tak banyak yang bisa diceritakan, memang karna tak perlu ada yang diuraikan, mungkin karna tak terlalu berpengaruh. Aku sedikit banyak masih mengabaikan lelaki itu, di situ. Sampai datang waktuku untuk merasakan sakit yang tak seharusnya aku rasakan saat itu-hanya karna masalah seperti itu.

Pagi itu, Sabtu, seperti biasa, aku nongkrong di kamar mandi sembari nggosip dan yang nggak pernah ketinggalan, ya, *boker*.Sumpah abaikan yang itu. Tiba-tiba ada sesosok yang sepertinya aku kenal, oh dia, yang selalu peduli pada dirinya sendiri-sangat peduli malah-sedang bercermin sepertinya. Sebut saja dia,  siapa ya? ANGGREK. ya, itu saja cukup, lebih malah. Kalian tau? Hari itu adalah hari paling memuakkan, hari paling nggerus dihati, nggerus banget nget nget. 

Hari di mana sepertinya di situ aku malu-malu untuk sesuatu yang tidak seharusnya-ya, malu karna aku benci mengakui apa yang seharusnya tidak mau aku rasakan. Hari itu juga aku baru menyadari, lelaki itu, bukan yang bisa diabaika, karna aku harus cari tau siapa dia. Mau apa dia, terlintas secepat kilat kalimat seperti ini, "NO! Aku nggak semudah itu untuk kalah dalam permainanmu". Tak peduli permainan yang sengaja atau tidak sengaja di mulai. Tapi bagiku, permainan itu jelas sudah dimulai sejak saat itu, sejak aku tau, harus tau, karna tak sengaja tau. Siapa, Seperti apa. Hanya berkutat pada kalimat bertanda tanya seperti itu saja. Aku pikir, mudah sekali mengejar sesuatu dalam waktu bersamaan, dan ku putuskan melanjutkannya-Ceritanya.

Yang perlu dipahami adalah ketika aku sudah membulatkan tekad untuk mencari tau sesutau, maka aku harus tau. HARUS. Satu kata dengan huruf besar-tebal-merah, itu bukti kesungguhanku. Kesungguhan untuk melepaskan permainan ini dengan sebuah senyuman dari bibirku, maaf, maksutku bibir kami, yang secara bersamaan akan mengerti alur yang kami buat masing-masing.

Kembali ke hari Sabtu, Sungguh kisahnya hampir sama dengan beberapa tahun silam. Bersama dia. Yang dulu-dulu sudah lalu dan ku anggap angin lalu. AH! Aku diam, sungguh penat membisukan hatiku, bungkam. Sepanjang pelajaran hanya diisi dengan pikiran yang membual, tentang dia-BUAYA RAWA-yang ingin segera ku matikan dari kehidupanku. Mengganggu saja, pikirku ulang. Cukup. Aku rasa sudah cukup. Aku terlanjur tau sipa kamu. Siapa dan apa maumu.

"Kamu, pikiranmu, lihat saja akan ada waktumu untuk berhenti memainkan peranmu, karna aku yang akan menggantikannya sebentar lagi"

"lihat nanti akan ada waktumu untuk tau siapa yang selama ini kamu hadapi~Wanita semacam apa dia, kau harus tau itu-nanti, suatu saat ketika suda ada dalam waktu yang tepat"

Itu yang membingkai di benak, hanya itu. Lalu airmata lagi. Sekali dan terus menikmati alurnya. Terus saja. Tapi tenanglah, aku~benar mencintaimu~seperti yang pernah kau bilang, perubahanmu itu, yang masih aku tunggu. Masih.
Janjimu, Usahamu, bahkan Kalimatmu yang pernah melingkar di dadaku, yang itu, yang masih belum bisa ku percaya begitu saja. Aku masih menunggu. Menunggu kesempatan milikmu itu, benar kamu pergunakan. Atau kau akan tau akibatnya.




Dan aku harap sakitku kali ini tak lagi kau ulang lain waktu, atau ya, seperti yang sudah ku bilang, akan ada waktumu untuk mengerti sayang.......

0 komentar:

Post a Comment