Fasih Radiana

Kalau kamu termasuk penulis dengan genre komedi, apa akan jadi sempurna tanpa tawa pembaca? Jadi, jangan pernah terbesit, kalimat asmara membuatmu kehilangan harga. Karena cinta seperti satuan terkecil yang melengkapi jutaan angka. Cinta juga yang menjadikanmu mampu membuat mereka melengkungkan tawa. Cinta bukan kisah tentang mereka yang membuat hidupnya seakan selalu kecewa, membuat hatinya terlihat selalu meluka. Cinta hanya menawarkan berbagai macam rasa. Terserah, mau pilih yang mana. Meski bukan karena seseorang yang mengelokkannya, percayalah, someday LOVE will find you. Karena cinta selalu mengajariku menyimpulkan hidup dengan lebih sederhana.

Monday, December 19, 2011

Tidakkah Kau Menyadarinya, Sayang?

"Kamu nggak bebas berekspresi karena wanitamu itu over protektif"


Kau mencintainya karena dia selalu ada untukmu dan selalu menjadi apa yang kau mau, kalau saja suatu saat nanti dia sudah tak lagi bisa begitu, rasamu itu akan......pikirkan saja sendiri apa yang akan terjadi. Apa mungkin masih memilik rasa yang sama?  


Aku tau itu alibimu, saat kamu bilang bahwa aku lah penyebab lebam di dadamu. Bukan, bukan itu. Tapi kecewamu yang saking besarnya itu, yang membuat kata ragu selalu menggerogoti hatimu, dulu. Yang seperti itu kau memutarnya, meletakkan rasa salah tepat dalam sudut mataku yang meminang tetesan airmata, yang ku tahan, yang aku sembunyikan dari senyummu.

"Dan sekarang bukan lagi waktuku, benar katamu itu, kita melangkah dengan arah yang berlainan."

Percayalah, aku tak bisa mengabaikan pendar arah pandangmu. Yang kamu anggap indah itu yang paling memilukan, sayang. Atau selarik tawamu yang terbahak itu bukan suatu kebenaran, begitu bukan? Apa kamu pikir hubungan tanpa suatu pertengkaran itu baik? Atau itu tanda tidak ada cinta di sekitarnya? Atau karena kamu canggung mengumbar amarahmu? oh, mungkin saja tidak ada alasan untuk marah, kan? karena dia belum pernah melakukan sedikitpun kesalahan. Lalu apa? Kamu merasa dia sempurna tanpa retakan di tepinya? tentu saja, karena hanya ada lubang besar di dalamnya, di tengah-tengahnya, jauh, jauh tak tampak kasat mata.

"Benarkah kau mencintainya? Atau hanya mencintai apa yang dia berikan?"

Tidak kah kamu berpikir bahwa dia hanya takut kehilanganmu? Atau hanya ingin kamu tak punya alasan untuk meninggalkannya? Percayalah itu palsu, saat dia yang mengaku mencintaimu tak pernah melakukan pergesaran kesalahan, artinya dia tak ingin kamu tau siapa dia sebenarnya. 

"Mengapa kamu begitu naif, sayang? kamu tau tapi pura-pura tidak tau."

Apa kamu memang benar bodoh? Tidak tahu? Apa perlu aku yang menamparmu? Membuatmu bangun dan menghentikan sandiwaramu, yang tak kau sadari itu. Ini pertanda buruk, sayang. Saat kamu mencintainya hanya karena dia berusaha menjadi seperti apa yang kamu inginkan. Karena perlahan dia pasti akan kembali ke posisi di mana menjadi dirinya, dan saat kamu kecewa, saat itu juga kamu sadar cintamu bukan yang apa adanya. Aku hanya kasihan. Semoga saja Tuhan tidak mengizinkan aku menertawakanmu, nanti, nanti saat sesal itu jadi bagian dari yang tidak bisa kamu kendalikan dan kembalikan. 

"Dan semoga waktu tak membunuhmu seperti kamu membunuh paksa perasaanku, waktu itu."





181211-191211

2 komentar:

Anonymous said...

bagus, namun sulit dibaca

Fasih Radiana said...

what do you mean? :O

Post a Comment